From the Deepest of my Bloody Heart, XPeterX Family n Crew wanna say to all of ya whoever see n visit my meaningless bloody blogspot n spend a lot of time to read fo nothin'...
" Selamat Hari Raya Idul Fitri 1427 H... Mohon Maaf Lahir Bathin "
Bagi yang merayakannya. And please tidak ada maksud or conspiracy apapun di balik ini semua, benar-benar tulus, so jangan percaya petuah-petuah busuk yang menghasut seperti curut tak berkancut memegang mic dan berteriak bahwasanya "JANGAN MAU MENERIMA UCAPAN DARI MEREKA! KARENA MEREKA MENGHARAPKAN HAL YANG SAMA KETIKA MEREKA MERAYAKAN HARI RAYA-NYA YANG SAMA SEKALI TIDAK KITA AKUI!" Hwahahahahahahaha... Banyolan konyol badut-badut ancol! Such a stupid thing! Jangan pernah mau ter-provokasi oleh manusia kodok ber-IQ jongkok dengan moral ketengan seperti ini.... I Love All Of Ya my Brotha n Sista.. Rise.. United and stand as One!..
Sampai jumpa Bulan depan... Keep True, Straight, and Honest!
Friday, October 20, 2006
Thursday, October 19, 2006
Nobel Peace Prize
Mungkin timbul pertanyaan "Apa hubungannya seorang ekonom pencetus Microcredit dengan perdamaian? Hingga bisa menjadi pemenang Nobel Perdamaian?"... Okay kita flashback pada Tahun 1974. Microcredit ini muncul setelah dalam suatu perbincangan tentang penghasilan pekerjaan dengan salah seorang wanita desa pengerajin anyaman kursi berumur 21th dan telah memiliki 3 orang anak, ibu muda itu bernama Sufia Begum. Sufia menjawab bahwa ia mendapat pinjaman sebesar 5 taka (9 cents)dari tengkulak untuk setiap potong bambu yang digunakan sebagai bahan dasar kursi yang akan dia anyam. Dan ia hanya mendapatkan 2 cents dari total pinjaman. "Saya berkata dalam hati, Oh Tuhan. Demi 5 taka dia menjadi seorang budak", ujar Yunus dalam suatu interview pers pada tahun 2004.
"Saya tidak habis mengerti, mengapa dia menjadi semelarat itu pada saat yang sama dia bahkan bisa menghasilkan sesuatu yang Indah (kursi anyaman bambu)" lanjutnya lagi.
Hari berikutnya ia dan mahasiswanya melakukan survey kepada pekerja wanita didusun Jobra, dan total utang semua pekerja wanita di desa itu berutang 865 taka ($27). "Saya tidak tahan lagi, saya meberi mereka $27, dan berkata bahwa mereka bebas sekarang!" katanya, dan mereka dapat mengembalikannya kapan saja mereka bisa.Ide ini untuk memberi mereka kesempatan membeli bahan baku sendiri, dan memutuskan hubungan dengan tengkulak/rentenier.Mereka semua mengembalikan pinjaman tepat pada waktunya, waktu terus berjalan dan hal ini menjadi system dasar dari berdirinya Grameen Bank. Sampai sekarang perputaran uangnya sekitar $5.72 billion kepada 6 Milyar penduduk Bangladesh. Diseluruh dunia, microcredit telah menolong 92 Milyar keluarga, menurut Jove Oliver, juru bicara Kampanye Microcredit Tahunan, bagian dari Project dana pendidikan di Washington. Sampai saat ini Bank Grameen mengklaim bahwa ada 6.6 Milyar peminjam, 97 % dari mereka adalah wanita pekerja di berbagai bidang usaha di lebih 70.000 desa di Bangladesh. Modem peminjama lunak ini memberi pengaruh besar di seluruh dunia. Sukses ini menghantarkan Grameen Bank merambah perkreditan banyak hal, sperti kredit rumah, pinjaman untuk irigasi dan ikan yang merupakan tabungan traditional di tempatnya. Nobel ini merupakan suatu kehormatan bagi stiap wanita miskin yang membuat segalanya bisa terjadi. Memang Microcredit adalah suatu kontribusi penting yang tidak bisa memperbaiki semuanya, tapi ini merupakan bantuan besar bagi mereka! Ini adalah nobel perdamaian ke-empat kepada usaha pemberantasan kelaparan dan kemiskinan. Sebelumnya di tahun 1970 ada Norman Borlaug, seorang petani amerika atas programnya di Mexico memberantas kelaparan dengan pertanian gandum; tahun 1969 award kepada Geneva-markas Internatinal Labor Organization untuk usahanya menghapuskan kemiskinan; tahun 1949 ada Baron John Boyd Orr sebagai ketua U.N. Food and Agricultural Organization yang mengajak negara-negara untuk membuat peraturan perlindungan kaum miskin.
Usahanya untuk membuat langkah besar dalam penghapusan kemiskinan dan hak-hak wanita telah memberi arti baru dalam arti kata perdamaian. Perdamaian tidak selalu berkonotasi dengan senjata, perang, atau kekuatan fisik lainnya. Perdamaian disini ialah pembangunan ekonomi! Penghormatan kepada Wanita! dan memberi kesempatan untuk usaha kepada rakyat miskin (beri mereka kesempatan) tanpa harus berutang kepada raksasa IMF dan Worldbank...
"KARENA SESUNGGUHNYA... SUARA - SUARA ITU TIDAK BISA DIPENJARAKAN... DI SANA BERSEMAYAM KEMERDEKAAN... DAN... APABILA ENGKAU MEMAKSA DIAM.... AKU SIAPKAN UNTUKMU.... PEMBERONTAKAN!"
Saturday, October 14, 2006
THA NEKROPHONE DAYZ
"Tha Nekrophone Dayz: Remnant And Traces From The Years Worth Living”... Jujur gw tadinya gak tau banyak tentang Homicide, gw cuman baca interview dengan Ucok A.K.A Morgue Vanguard (Homicide's MC) di salah satu zine, semua jawabannya di situ masuk banget ama gw! trus gw nyari2 di web, trus download 3 lagunya, trus download zine pribadi-nya, trus gw mulai nyari CD Homicide. Suatu sore yang indah gw dapat kabar dari Ari The Idiots kalo ada cd Homicide baru datang di distro-nya dia, langsung embat, and denger dengan volume MAX... n hasilnya?... WAOOWWW... 18 track yang bener2 "berisi" full of content, ngajak lu berpikir gak hanya mendengar, lu bayangin aja orang yang suka baca buku filsafat, aktifis yang direct action turun ke jalan, megang mic dan nge-rap dengan lirik yang cerdas banget. Lu bakal di sajikan kejamnya dunia didalam setiap liriknya. B-boys Hiphop? gw rasa bukan! lebih ke Death Trash HipHopCore? Persetan dengan pengotakan music... But Homicide benar membuat angin segar buat HipHop Indonesia gokil banget! Politik... Bahkan lebih anarcho dari anarcho punk sekalipun! wah pokoknya gw gak berani ngomentarin Homicide, lebih baik gw rangkum semua pendapat teman-teman di web.. so plz check it out pals:
DeathRockStar
wah ini rilisan penting nih,wajib di beli…bayangin aja orang yg suka baca buku buku filsafat garda depan kayak baudrilard pegang mic trus nge rap ..homicide bikin scene indie ga malu maluin dan bukan cuman trend doang tapi ada wacana nya,ada content nya…salut lah buat ucok homicide.. sepuluh taun lagi orang2 baru pada ngerti apa yang lu bikin skr cok hehehe BTW denger denger mo ngerilis buku yah.wajib di tunggu juga tuh(Ini bukan propaganda marketing bullshit buat naekin angka penjualan yah,tapi komen murni dari fans) by: infinite_despair
Ricecooker Kerbau
Saya dengar album ini akan direrelease oleh Papakerma untuk Malaysia. contact: info@papakerma.com . Bagi mereka di Indonesia, sila email: subciety@frblt.com
Hallo kawan-kawan semua…
Telah beredar album kumpulan single-single lama dan baru milik Homicide berjudul Tha Nekrophone Dayz: Remnant And Traces From The Years Worth Living. Album ini hanya tersedia dalam format CD yang dirilis oleh label lokal Bandung yang sudah merilis Jeruji “S/T”, Rise Up “V/A” serta VCD One Blood 2, yaitu Subciety Records.
Untuk teman-teman yang berada di wilayah Bandung bila ingin mendapatkan rilisan Homicide tersebut, silahkan kunjungi distro-distro sebagai berikut;
1. Soho Chiwalk
2. Anonim
3. Harder
4. Arena
5. Riotic
6. 347/EAT
7. Toko Buku Ultimus
8. Tobucil
9. Mordor
10. Full Speed Ahead [Belakang Ultimus]
Sementara ini baru distro-distro tersebut yang sudah mendistribusikan rilisan dari Subciety Records tersebut. Jika dikedepannya nanti ada penambahan titik distribusi, akan diberitahukan secepatnya.
Sedangkan kawan-kawan yang berada di luar kota Bandung bila tertarik untuk mendistribusikan rilisan ini ataupun hanya membeli per- biji-nya, silahkan order dengan cara mengontak terlebih dahulu di alamat email:
subciety [at] frblt.com
Begitu pula bila kawan-kawan bekerja di stasiun radio ataupun membuat Fan/Magzines, buruan kontak kita di alamat email yang sudah ditulis diatas.
Terima kasih atas perhatian kawan-kawan!
Jabat erat jalinan pertemanan!
PS:
* Masih dibuka lebar pintu kita jika kawan-kawan ingin mengorder Subciety Zines [Cukup mengganti ongkos kirim]
Homicide MySpace
"Diehard fans of the now-defunct Portishead take notice. For those craving more music by that legendary Bristol-based band, a superb alternative has formed in the city you least expected. Yet these five college students from Jakarta do more than just pay homage. The group says it plays music "for times when the ecstasy wears off and the tingle becomes a chill, " a kind of "dance noir for those too world-weary to move." True, this trip-hop outfit is more suitable to rainy days and Mondays than a pick-me-up jam before going out on Friday night, but that's what makes them so unique on the Jakarta scene." by: EVERYBODY LOVES IRENE
Bandung Magazine.COM
'The Nekrophone Dayz' is a small anthology documented almost all Homicide's sonic works they did during 11 years of existance. Contains their earlier to newest materials that formed this two EPs combo, compilation songs, unreleased remixes plus one demo cut, including the remastered version of their alredy-classic “Semiotika Rajatega” and “Boombox Monger”. Straight-up 18 cuts on one solid CD.
Homicide is not only pioneering the real hiphop sounds in Bandung Indonesia, they're also marked as one of the most significant groups Bandung ever produced. They combined street battle verses with political consciousness and
punk rock ethics, backed with musics that deep rooted in the tradition of New York's jeep beats and avantguard's fearless noises. With influences ranging from Rakim to Marvin Gaye, Public Enemy to This Heat to The Last Poet to Crass and Neurosis, they're also known for their dedication in local activism and democratic grass root movement, no wonder if they're thightly connected to the local punk/HC scene and local resistance network as well.
They didnt only save Indonesian hiphop scene from the bling-bling storm but also calling out an insurection during Suharto's regime. Being hated by zealouts from a number of organized religions they lived their words to the fullest. The label anarcho-hiphop is not enough to describe their words, sounds and passion throughout eleven years of grabbing the mics. This CD is the chance for anyone who never heard the rawest and heaviest jeep beats and fiercest rhymes ever made in Indonesia
Salut buat Homicide ("the oldman rule" kata Tremor), yang gak hanya "nyanyi" tapi juga direct action turun ke jalan, murtad kiri, dan walaupun udh punya anak tapi tetap Gahar!!!. N sorry ya teman-teman yang comment2-nya, gambar n semua yang gw copy2-in. I just wanna spreading the word. Sendiri melawan dunia dari balik kawat duri ala Tremor aka Beyond The Barbwire.
Monday, September 18, 2006
CTI Outing - 16 September 2006
CTI Indonesia Proudly present ... An Outbond outing event September 16, 2006. Yeah getow deh kira2 isi email pengumuman outing dari Nike... Akhirnya sabtu kemaren ikut outing juga setelah 2yrs gak outing karena shift2an yg menjengkelkan, n thx to Yudi yg udh mau backup-in.

Team Kelinci [ dari sayap kiri ke ketek kanan ] yaitu Anry Jong (ketua), Djono, Helal, Ucli, XPeterX, Elin, Lintong, Martin, Roni, and Syarif (Sebenernya ada 1 lagi yaitu Pak Eko Datacenter, tapi gak keliatan di Poto, karena dia yang poto-in kita semua... thanks ya Pak!). Setelah ngumpul jam 06:00 am Sony (bukan Sharp) di Bapindo langsung jalan jam 06:02 am... Percaya? Gak mungkin banget Ontime ya? Ya Iyyaaa lllaaahhh syallaaalllaaa dum dum.... rencana Cabs jam 06:00 sharp malah jadinya jam 07:30 samsung deh...

Nyampe Cikole langsung Outbond.. Titanic, Trus Jump Fox, trus Flying Fox, trus Two line bridge, trus Blindtrain, Trus lupa gw namanya... cuman maennya kaya gene neh satu orang diujung bambu masukin bola ke dalam bambu sebanyak mungkin dengan waktu yang terbatas. udh selese semua n lunch langsung ke Sariater maen PaintBall

Paintball gw gak sempet poto2! Lagian gw yg pertama ketembak, senjata macet, celana kegede-an lagi... wah ancur banget! Abeess itu yang punya panu kadas ama kurap n penyakit kulit laennya pada berendem aer anget ampe melar dah tuuhh. Abes itu pada belanja oleh2, gw males banget bawa oleh2, selain repot bawanya lagian gw khan langsung kerja shift 3 (Doh!). Lanjuuuttttt....

Diner di La Oma restaurant and bagi2 doorprize (Gw lupa moto juga). Tapi yang pasti 3 mahluk Rabit Team dapet 3 doorprize. Ucli dapet tipi, Elin dapet USB, Gw dapet HP, trus team Kelinci dapet Juara II (gak nyangka euuyyy!!!!). Trus balik n nyampe kantor jam 12-an. Langsung gawe dah, paginya banyak banget problem atm, pulang jam 9 lewat. Capek cuman asik ajah, jarang2 atm crew bisa ngikut kek genean. Btw Gw gak jadi ke kawinan Idoy deh.. abisan acaranya jam 11:00, wah masak gw nge-jeans n lusuh siy? gak banget deh! Sorry ya doy, Mudah2an lu jadi keluarga yang bahagia yah men! Ya udh giniy deh outing dan segala macam impactnya dalam kehidupan gw... beyond the barbwire!
Team Kelinci [ dari sayap kiri ke ketek kanan ] yaitu Anry Jong (ketua), Djono, Helal, Ucli, XPeterX, Elin, Lintong, Martin, Roni, and Syarif (Sebenernya ada 1 lagi yaitu Pak Eko Datacenter, tapi gak keliatan di Poto, karena dia yang poto-in kita semua... thanks ya Pak!). Setelah ngumpul jam 06:00 am Sony (bukan Sharp) di Bapindo langsung jalan jam 06:02 am... Percaya? Gak mungkin banget Ontime ya? Ya Iyyaaa lllaaahhh syallaaalllaaa dum dum.... rencana Cabs jam 06:00 sharp malah jadinya jam 07:30 samsung deh...
Nyampe Cikole langsung Outbond.. Titanic, Trus Jump Fox, trus Flying Fox, trus Two line bridge, trus Blindtrain, Trus lupa gw namanya... cuman maennya kaya gene neh satu orang diujung bambu masukin bola ke dalam bambu sebanyak mungkin dengan waktu yang terbatas. udh selese semua n lunch langsung ke Sariater maen PaintBall
Paintball gw gak sempet poto2! Lagian gw yg pertama ketembak, senjata macet, celana kegede-an lagi... wah ancur banget! Abeess itu yang punya panu kadas ama kurap n penyakit kulit laennya pada berendem aer anget ampe melar dah tuuhh. Abes itu pada belanja oleh2, gw males banget bawa oleh2, selain repot bawanya lagian gw khan langsung kerja shift 3 (Doh!). Lanjuuuttttt....
Diner di La Oma restaurant and bagi2 doorprize (Gw lupa moto juga). Tapi yang pasti 3 mahluk Rabit Team dapet 3 doorprize. Ucli dapet tipi, Elin dapet USB, Gw dapet HP, trus team Kelinci dapet Juara II (gak nyangka euuyyy!!!!). Trus balik n nyampe kantor jam 12-an. Langsung gawe dah, paginya banyak banget problem atm, pulang jam 9 lewat. Capek cuman asik ajah, jarang2 atm crew bisa ngikut kek genean. Btw Gw gak jadi ke kawinan Idoy deh.. abisan acaranya jam 11:00, wah masak gw nge-jeans n lusuh siy? gak banget deh! Sorry ya doy, Mudah2an lu jadi keluarga yang bahagia yah men! Ya udh giniy deh outing dan segala macam impactnya dalam kehidupan gw... beyond the barbwire!
Tuesday, September 05, 2006
Sariater - Kampung Daun - Bandung - Jakarta
Tanggal 12-13 August 2006 kemaren jalan ke Sariater (Hotspringspa) ama jay, Tats, N' Opes. Lepas lelah sejenak dari sumpeknya kerja kantoran.
Makan di kampung daun, saik banget suasananya adem, n romantis. Seandainya dia (mau) disamping gw yeah. Do ya feel what i feel darl?... humppffff... sebenernya ada lagi siy tanggal 30-31 august kemaren sekalian Ultah-nya Tatus... but gw lom transfer picsnya.. THE END
Sunday, August 06, 2006
11:00 PM Saturday
Sabtu tgl 6 august, pulang jam 11:00 pm, pyuh hari yg melelahkan, ke parkiran, starter motor, on your mark, n goooo...!!!! eh pas keluar bapindo belok kiri ada motor yang ngejar motor gw neh kayanya dari belakang, wah jangan-jangan paparazi neh mau minta foto bareng buat koleksi musium botani (koq?).. ya udh gak gw hiraukan, tapi koq pake treak segala yah? wah jangan-jangan copet neh! tapi masak copet nae motor siy? apa jambret? apa tukang kredit? oooo jangan-jangan petugas sensus! tapi koq jam segene? ya udh gw coba untuk mikirin yang lain (mikir lagi di hawaii pake sunblock, sunglasses, ama celana pendek) aja sambil tetap nge-gas... arah blok m belok kiri, senopati belok kanan trus.... eehhh pas depan seibu pasaraya lampu meraaahhh... wah udh deh, gw pasrah, kalau mau di foto ya udh deh di foto gapa deh gw bener2 pasrah! Tapi ternyata seekor susuki smash (susuki or yamaha yah?) ngerem mendadak... ciiiieeetttttttt.... "WOOIII TEEERRR!!!!!" set deh treak2 udah kaya tukang kue cucur aja tuh bedua (emang tukang kue cucur treak2 yah?) hwahahahahahahahaha... gokil sigob... ternyata si Burik n jagunXXX lagi gak ada kerjaan keliling2 jakarta n pas lewat bapindo dia liat gw dari belakang, kebetulan yang aneh... hehehehe lucu juga ketemu 2 mahluk iseng lagi ngiterin jakarta, yang satu lagi broken heart to pieces n yang satu udh punya bayi cewe lucu tapi maseh aja nge-punk (stress coz usahanya gagal dapet pinjeman)!!! dua2nya bener2 "gerombolan stress berat" berusaha nyama2in gerembolan "si berat"... akhirnya gw hang out dulu bentar ama mereka n reuni-an ama penunggu mahakam (tukan nasgor and minuman) tempat melepas lelah semasa masih "on the street!". Segala macem mahluk ada disana, ada homo yang ganteng eh pas ngomong udah kaya siti nurhaliza, ada cewe yang mencari nafkah dengan jalan yang absurd! ada yang sekedar duduk n ngobrol.
Rupanya si Burik di Velvet (distro-nya Jagung) dari sore, tau tuh anak semenjak putus jadi berantakan stress berat, masa jam segitu muter2 gak jelas, yang satu lagi sama aja, udah jadi bapak kelakuan masih nge-punk ajah... young till i die... hehehehe... Mereka lagi beli 2 tanda cinta, si burik beli tempat pensil "Nightmare before Christmas" si jagung beli tempat koin apa tempat lipstik buat bininya dengan merk yang sama. Eh udah duduk si burik malah di telpon ama cem2an-nya gokil ada kali 1 jam... Dia mau nyari cewe yang gak tau kalo dia udh kerja, jadi dia mau cewe yang nerima dia apa adanya seperti mantannya yang mau nerima dia semasa dia masih Anarcho Punk (masih khan ampe sekarang rik? common' bro!) bukan cewe yang tertarik karena dia seorang bankir! Setelah ngobrol gak jelas mulai dari nidji ampe metalcore, mulai dari gadis ampe tante girang, akhirnya burik selese juga tuh tlpnya.. setelah nyela si wempi dengan dandanan punk nanggungnya... sebotol tekita udh abies, jagung semangkok nasi goreng (nasi goreng kok di"mangkuk" yah?) jam udh 1:00 am, udh akhirnya muter2 bentar trus nganter burik trus balik deh. Asyik banget bisa hang out n lepas semua kelelahan gw ama anak2 gila itu. wake up bro. besok burik harus ngantor n back to rutinitas, jagung juga, gw apalagi (punk kantoran?! hehehe)... kembali ke kehidupan nyata. We're the working class, we're proud of that, strugle for our live. Beyond The Barbwire.
NB: Pics diatas gak ada hubungannya ama cerita diatas, hanya ilustrasi ajah.
Friday, August 04, 2006
"Perang" Sebuah Novel Subkultur
Penulis: Rama Wirawan
Penerbit: Jalasutra
Tahun Terbit: 2005
Halaman: xxiii + 176 hlm. (12 x 19 cm)
ISBN: 979-3684-44-5
Sewaktu ke Bandung bersama teman's (Erik, Jagung, Dody) come to The Exploited Indonesian Tour, secara gak sengaja saya melihat dan mengambil zine gratisan di sebuah toko CD 2nd di kawasan Dipati Ukur, zine itu namanya "Subciety" sebuah D.I.Y zine, didalamnya ada Interview dengan Rama Wirawan seorang Penulis Novel "Perang" dan drumer dari band cadas "Bahasa Bayi". Usianya di bulan July ini genap 24 tahun. "Perang" bukan novel pertamanya. Saat masih mengenakan seragam putih-biru pun ia pernah membuat "Solat" sebuah novel humor yang hanya untuk teman-teman sekelasnya. Ok kembali ke Interview.... Interviewnya sangat menarik karena ada beberapa argumen tentang "kelas" dan pemikiran Neolib/Globalisasi. Sepulang dari bandung saya memesan novel ini dari sebuah situs web (IniBuku.Com). Tokoh centralnya ialah Perang Hayat, seorang fresh graduate, sempat nganggur beberapa bulan dan akhirnya diterima kerja di sebuah perusahaan printing. Walaupun hubungan dengan rekan kerjanya kering, egosentrik dan penuh dengan pamrih serta dibawah tuntutan akan produktivitas yang menyerobot habis waktu dan privacy-nya.
Dibawah kegelisahan tersebut Perang (yang juga dipanggil "Hayat" oleh ibu-nya) bertemu dengan Deni, Deni teman kantor seorang penikmat musik punk yang juga seorang pemberontak or Anarkis (dalam versi seorang Deni). Kenapa selalu Punk sebagai actor dibelakang anarkis n pemberontakan? Bukankah music blues n jazz juga terlahir dari pemberontakan? Tetapi mungkin punk mempunyai scene D.I.Y dan kultur anarkis yang kental bukan sekedar wacana tetapi juga direct action. Dalam kegelisahan itu juga dia menemukan sosok wanita yang jauh dari type wanita di abad 20 ini yang hype dengan sosok modis dan tidak peka lingkungan (no sexism here!), seseorang yang muncul secara tidak sengaja, cocok, dan akhirnya bersatu di usia muda, dan tetap aktif dengan membuat "Manifesto Perang Terakhir".
Secara keseluruhan jalan ceritanya berjalan lurus (lempeng!) tanpa ada kejutan yang nyeleneh dari sebuah subkultur, tetapi begitu banyak bertaburan dengan kalimat-kalimat atau gagasan-gagasan milik Jean-Paul Sartre, Albert Camus, Pierre-Joseph Proudhon, Karl Marx, Dom Helder Camara, Adam Smith, hingga John Maynard Keynes. Semuanya tersedia, termasuk penjelasan-penjelasan tentang apa itu "kelas", DIY (Do It Your Self!), gig, anarki, globalisasi, liberalisme, sampai neoliberalisme.
Mungkin novel ini bisa mewakili pola pikir kritis seorang punkers yang acap kali selalu dicap gak bermoral dan terlalu kebarat-baratan (apa yang ketimur-timuran mau untuk berpikir untuk bangsa ini? jangan tanyakan apa yg bangsa ini lakukan untukmu, tetapi apa yang kau lakukan untuk bangsamu?). Ending untuk menyerah pada keadaan untuk tetap bekerja di suatu perusahaan walaupun melakukan resist dengan menyebarkan "Manifesto Perang Terakhir" tetap saja terasa realistis dengan keadaan tanah air. Sebuah novel yang melabeli diri dengan kata "subkultur" penuh dengan propaganda dan ending yang "sweet", ringan, tetapi mengajak kita berpikir. Top banget, semoga semakin banyak penulis kritis seperti Rama. Sepakat untuk tidak sepakat, tolak Globalism sekarang Juga!
[ Terimakasih untuk Imam Hidayah Usman, Sindikat Kerja Taman Bunga Jatinangor. Untuk resensi-nya yang oke banget. "Cinta Itu... Subversif!" ]
Thursday, July 27, 2006
How Do We Win the Planetary Endgame?
Sebuah wacana yang menarik (atau genius?) untuk dibagi atas dasar keprihatinan akan bencana alam yang melanda negeri ini.. Turut berduka cita atas semua korban gempa dan Tsunami di pesisir laut selatan dan semua korban bencana alam Indonesia. Di copy-paste dari Adbusters.org, susah ditranslate (kuatir artinya akan berbeda jauh). Ditulis oleh Terry Glavin salah seorang kontributor Adbusters untuk buku "Waiting for the Macaws and Other Stories from the Age of Extinctions". Bercerita tentang akibat sebab akibat Bencana Alam yang melanda planet bumi ini... hmmm selamat menikmati!
How Do We Win the Planetary Endgame?
By: Terry Glavin
Ecological collapse, mass extinction, epidemic disease, global drought, crop failure, desertification, famine.
That’s the global-warming whirlwind that we’re about to reap, a majority of the world’s climate scientists say, unless we act very quickly.
It all seems just so daunting, so unutterably overwhelming, that it’s tempting to succumb to the narcissism of paralysis, panic and despair. So, if you’re one of those people who are resigned to the prospect of a climate-change apocalypse, here’s what you should do.
1. Shut up. 2. Get out of the way.
As for the rest of you, you can join those people all over the world who have decided that we actually can and will steer this ship of Earth well clear of the shoals ahead. There really are solutions to the crisis, and they’re readily available to all of us.
True, the United States, Canada and Australia have betrayed the rest of the industrialized world by thumbing their noses at the greenhouse-gas reduction targets set out in the Kyoto Protocol. But 163 nations have ratified the treaty. And in a perverse twist of luck, the first-round “rich nation” target of bringing greenhouse-gas emissions back to 5.9 percent below 1990 levels has actually been met – mainly because so many of Russia’s Soviet-era factories have fallen apart.
The European Union, meanwhile, has established a carbon-trading system to keep within its targets, and some countries are going a step further. Iceland continues to harness more of its geothermal power resources and is investing heavily in hydrogen engines for its transportation sector. The country plans to be oil-free by 2050. There is good news from the climate change front, everywhere.
Even in the United States – which remains the world’s worst greenhouse-gas producer – hundreds of industries, towns, and counties have pledged to meet or beat Kyoto’s targets. In Britain, Newcastle – the city formerly famous for its coal mines – is going even further, with plans to become the world’s first “carbon neutral” city.
Individuals, too – especially North Americans and Europeans – can make enormous contributions to the struggle. Just trading in an SUV for a hybrid-fuel vehicle is an act that reduces an individual’s CO2 emissions by 70 percent. Most of us could easily exceed our per-capita Kyoto obligations by “lifestyle” changes so minor we wouldn’t even notice.
All over the world, new and effective initiatives are springing up that offer industries, corporations and individuals the capacity to radically scale back their net contributions to global warming. “Carbon offsets” is just one method. Every time you take an airplane, for instance, you can offset the greenhouse-gas impact of your flight by investing a small amount of cash in a developing-world green-energy project.
These small acts of defiance against institutional climate-change intransigence will not win the war against global warming by themselves, but small acts of defiance can and will make a difference. They always do.
Yes, we have to hold government accountable. Every single politician, at every level, must be called to account, every day. But that’s not going to be enough.
So don’t wait. Don’t cling to the faint hope that climate-change skeptics might be right. And don’t go all bleary-eyed and useless about humanity’s mistreatment of the mother-goddess Gaia, either. Those are peacetime activities. And this is something very much like war.
Terry Glavin is a regular Adbusters contributor whose most recent book is Waiting for the Macaws and Other Stories from the Age of Extinctions.
"Mungkin kita tidak bisa selalu membantu langsung dengan segala keterbatasan, setidaknya ada "sesuatu" untuk berbagi... kita tidak sempurna tetapi setidaknya kita mencoba.."
How Do We Win the Planetary Endgame?
By: Terry Glavin
Ecological collapse, mass extinction, epidemic disease, global drought, crop failure, desertification, famine.
That’s the global-warming whirlwind that we’re about to reap, a majority of the world’s climate scientists say, unless we act very quickly.
It all seems just so daunting, so unutterably overwhelming, that it’s tempting to succumb to the narcissism of paralysis, panic and despair. So, if you’re one of those people who are resigned to the prospect of a climate-change apocalypse, here’s what you should do.
1. Shut up. 2. Get out of the way.
As for the rest of you, you can join those people all over the world who have decided that we actually can and will steer this ship of Earth well clear of the shoals ahead. There really are solutions to the crisis, and they’re readily available to all of us.
True, the United States, Canada and Australia have betrayed the rest of the industrialized world by thumbing their noses at the greenhouse-gas reduction targets set out in the Kyoto Protocol. But 163 nations have ratified the treaty. And in a perverse twist of luck, the first-round “rich nation” target of bringing greenhouse-gas emissions back to 5.9 percent below 1990 levels has actually been met – mainly because so many of Russia’s Soviet-era factories have fallen apart.
The European Union, meanwhile, has established a carbon-trading system to keep within its targets, and some countries are going a step further. Iceland continues to harness more of its geothermal power resources and is investing heavily in hydrogen engines for its transportation sector. The country plans to be oil-free by 2050. There is good news from the climate change front, everywhere.
Even in the United States – which remains the world’s worst greenhouse-gas producer – hundreds of industries, towns, and counties have pledged to meet or beat Kyoto’s targets. In Britain, Newcastle – the city formerly famous for its coal mines – is going even further, with plans to become the world’s first “carbon neutral” city.
Individuals, too – especially North Americans and Europeans – can make enormous contributions to the struggle. Just trading in an SUV for a hybrid-fuel vehicle is an act that reduces an individual’s CO2 emissions by 70 percent. Most of us could easily exceed our per-capita Kyoto obligations by “lifestyle” changes so minor we wouldn’t even notice.
All over the world, new and effective initiatives are springing up that offer industries, corporations and individuals the capacity to radically scale back their net contributions to global warming. “Carbon offsets” is just one method. Every time you take an airplane, for instance, you can offset the greenhouse-gas impact of your flight by investing a small amount of cash in a developing-world green-energy project.
These small acts of defiance against institutional climate-change intransigence will not win the war against global warming by themselves, but small acts of defiance can and will make a difference. They always do.
Yes, we have to hold government accountable. Every single politician, at every level, must be called to account, every day. But that’s not going to be enough.
So don’t wait. Don’t cling to the faint hope that climate-change skeptics might be right. And don’t go all bleary-eyed and useless about humanity’s mistreatment of the mother-goddess Gaia, either. Those are peacetime activities. And this is something very much like war.
Terry Glavin is a regular Adbusters contributor whose most recent book is Waiting for the Macaws and Other Stories from the Age of Extinctions.
"Mungkin kita tidak bisa selalu membantu langsung dengan segala keterbatasan, setidaknya ada "sesuatu" untuk berbagi... kita tidak sempurna tetapi setidaknya kita mencoba.."
Monday, July 17, 2006
9999.9

Gak terasa udah 9999.9 KM motor gw... udah banyak kisah, mulai dari jatuh, ikut demo anti KFC, ampe kemaren my bigbro jatuh ampe harus operasi... gw gak tau mau sayang or kesel ama motor ini.. udh nemenin gw kemana2.. tapi banyak nyusahin juga.. hmmm but i love it. Arrrghhhh gak tau deh.. Pngen siy pake Vespa but lebih nyusahin lagi, banyakan mogoknya daripada untungnya... hehehe but sekali lagi I LOve IT! Gw harap gw bakal pake kendaraan urban ini ampe gw sukses n bisa beli Hummer (Aminnnn) n gak akan gw jual coz gw terlalu sentimentil ama motor ini si Jengki (Bebek) ama si Trungtung (Vespa)... Mudah2an gak akan pernah ada lagi yg celaka ya JC...
Sunday, July 09, 2006
Irene and Winur Farewell Party
Irene mantan atmon (ATM MOnitoring) crew yg sangat bisa dihandalkan kerjaannya, rapih n cuepet banget. TOP Abies! So gak heran lah kalo dia di hire jd MIS Kelapa Gading Branch. Nah kemaren dia ngadain farewell gitu deh coz senen dia udh gak di Bapindo (Hik sedih.. kangen ama suara berisik lo Ren.. ama tissue, kue, permen, semuanya dehhh... i'm gonna miss ya sist!)

Kebetulan gw mau beli new album DC "Dusk and Summer" di Soho buat Maria, n pngen ketemuan ama Anton (photografer prof underground) but dia lagi gak duty. Trus janjian ama Maria, gw ajak aja sekalian. Yah nyampe di Platinum ternyata udah rame amat yeah. Trus disusul ama pras n idoy, udh deh tambah rame ajah. Gw mesen kangkung polos ama rice (Vegan Power!). Maria mesen apa yah? Lupa euyy...

O iya si Winur juga di hire jd staff so ini Irene and Winur Party, thx for both of ya. Yah setiap kerja keras pasti membuahkan hasil lah. Mereka berdua emang pantes banget. Gw seneng aja pas banget gw lagi libur, padahal khan jarang2 neh gw bisa kaya gene, biasanya bentrok ajah ama scheduled duty yg amit2 banget itu! Sekali libur siy emang nampol! 4 hari! but yah gitu deh, gw tetep pngen hidup normal, pngen ke gereja ama my Fam. Pngen nerusin S2, yah bnyk lah cita2 gw yg kandas gara scheduled assoy geboy kaya gene! DAMNED!

Thanks banget yah Ren n Winur, wish all the best with you. Btw ini neh gambar srikandi citibank plush binusian, lumayan menyemarakan blog yg penuh dengan gambar2 yang macho, menghadirkan sisi feminimisme dari sebuah kehidupan gw dibelakang kawat duri yang selalu membatasi kita, mencoba melawan keluar dari lingkaran kawat duri, melawan, atau menyerah dan terus bertahan dibelakangnya? Take care! Peter The Vegans Lion menuliskannya dari belakang kawat duri.

The sky glows
I see it shining when my eyes close
I hear your warnings but we both know
I'm gonna look at it again
Don't wait, don't wait
The road is now a sudden sea
And suddenly, you're deep enough
To lay your armor down
To lay your armor down
To lay your armor down
(Dashboard Confessional. "Don't Wait" taken from album "Dust and Summer")
Kebetulan gw mau beli new album DC "Dusk and Summer" di Soho buat Maria, n pngen ketemuan ama Anton (photografer prof underground) but dia lagi gak duty. Trus janjian ama Maria, gw ajak aja sekalian. Yah nyampe di Platinum ternyata udah rame amat yeah. Trus disusul ama pras n idoy, udh deh tambah rame ajah. Gw mesen kangkung polos ama rice (Vegan Power!). Maria mesen apa yah? Lupa euyy...
O iya si Winur juga di hire jd staff so ini Irene and Winur Party, thx for both of ya. Yah setiap kerja keras pasti membuahkan hasil lah. Mereka berdua emang pantes banget. Gw seneng aja pas banget gw lagi libur, padahal khan jarang2 neh gw bisa kaya gene, biasanya bentrok ajah ama scheduled duty yg amit2 banget itu! Sekali libur siy emang nampol! 4 hari! but yah gitu deh, gw tetep pngen hidup normal, pngen ke gereja ama my Fam. Pngen nerusin S2, yah bnyk lah cita2 gw yg kandas gara scheduled assoy geboy kaya gene! DAMNED!
Thanks banget yah Ren n Winur, wish all the best with you. Btw ini neh gambar srikandi citibank plush binusian, lumayan menyemarakan blog yg penuh dengan gambar2 yang macho, menghadirkan sisi feminimisme dari sebuah kehidupan gw dibelakang kawat duri yang selalu membatasi kita, mencoba melawan keluar dari lingkaran kawat duri, melawan, atau menyerah dan terus bertahan dibelakangnya? Take care! Peter The Vegans Lion menuliskannya dari belakang kawat duri.
The sky glows
I see it shining when my eyes close
I hear your warnings but we both know
I'm gonna look at it again
Don't wait, don't wait
The road is now a sudden sea
And suddenly, you're deep enough
To lay your armor down
To lay your armor down
To lay your armor down
(Dashboard Confessional. "Don't Wait" taken from album "Dust and Summer")
Subscribe to:
Posts (Atom)