Kami melanjutkan perjalanan ke hotel dan mengikuti training. Setelah 5 hari training, weekend tiba! Pada hari Sabtu kami bertiga jalan-jalan keliling kota HK, dan ternyata TKW di HK itu di hari Sabtu dan Minggu libur! Kejutan lain lagi :) karena pembantu kalau di Indonesia itu 24hr x 7days atau full kerja. Bagi kalian yang berlibur ke HK kalau sempat weekend coba deh ke taman Victoria, sebuah taman di HK ini menjadi semacam basecamp TKW Indonesia kalau weekend. Dengan dandanan modis, tidak sedikit yang menggunakan sepatu Docmart sambil menenteng iPhone, walau ada juga yang tidak terlalu heboh nge-dress nya. Begitu pula di toko-toko handphone sales-nya hampir selalu ada sales yang khusus berbahasa Indonesia. Saya belum pernah ke Arab dan tidak tau keadaan TKW Indonesia di Arab, mungkin dari segi income mereka dapat lebih gede dan hal ini memang tidak bisa kita compare apple to apple sih ya, tapi koq kayanya TKW Indonesia di HK ini nampak lebih happy. Saingan mereka di HK juga ada TKW asal Philippines atau biasa di sebut Phinoy, Thailand, dan Asia Tenggara lainnya. Namun secara keseluruhan nampaknya yang paling banyak itu dari Indonesia dan Philippines. Dan tidak sedikit resto yang menyediakan makanan Khas Indonesia yang tergolong halal food, agak susah menemukan halal food di HK.
Pada kesempatan itu juga saya akhirnya ber-kesempatan ngobrol dengan salah satu TKW asal Indonesia (sebut saja Mawar), dan ternyata di balik kecerian mereka itu ada juga sisi sedih dan gelap yang mungkin belum banyak yang tau. Yaitu TKW HK karena di dominasi wanita, banyak diantara mereka yang kesepian dan susah untuk menyalurkan hasrat sexual yang pada ujungnya ( please noted: Tidak semua TKW ) menjadi bisex ataupun lesbian demi memenuhi kebutuhan badaniahnya. Mawar menunjuk ke beberapa pasangan lesbian di beberapa meja di restaurant. Mawar juga bercerita bahwa banyak di antara temannya yang kecewa begitu pulang kampung suaminya sudah menikah dan selingkuh dengan wanita lain. Atau anaknya sudah tidak mengenali dia lagi. Belum lagi begitu sampai bandara mereka langsung di sambut "serigala" yang menawarkan transportasi untuk pulang ke kampung halamannya, setelah itu mereka di rampok atau di paksa membayar dengan ongkos yang mahal dan di turunkan di tengah jalan.
Setelah training selesai kami pulang dan ada kejadian lucu lagi di Airport. Dalam ruang tunggu di sebelah kami ada dua cewe modis yang sedang asyik ngobrol dalam bahasa Cantonese, nah salah satunya ada yang memakai sepatu dengan logo brand "macan loncat". Saya dan teman saya mengomentarinya : "Bro, lo sepatu itu kalau ada yang jual murah mau ga bro?" jawab saya "berapa?" kata teman saya "yah gocaplah!", saya jawab "boleh bro".. kata teman saya lagi "tapi "M" nya dua.. jadi PUMM* "... eh ternyata mereka dua cewe modis tersebut nyimak dan ikutan ngakak, dan pada saat yang sama mereka menerima telephone dari kampungnya, dan astaga mereka ber-bahasa jawa yang medok banget! So ternyata mereka TKW Indonesia dan selama ini ngobrol berbahasa Cantonese buat latih skill atau sok-sok an sih?.
Dari perjalanan ini ada beberapa hal yang saya "stabilo-in" banget, yaitu HK yang notabene bukan negara Agamis ternyata memperlakukan buruh-buruh Migran lebih manusiawi (walau tidak semua dan tidak akan pernah bisa kita hantam rata dengan hanya mengambil beberapa sample) dari pada sebuah negara yang Agamis. Dan berita terbaru yaitu di Arab bahkan hukuman mati dijalankan tanpa konfirmasi ke pemerintah Indonesia. Itulah beberapa hal tentang buruh migran yang saya tahu dan lihat dengan ber-interaksi langsung dengan pejuang devisa ini langsung dari tempat mereka berjuang yaitu Hongkong.
A Luta Continua!
A Luta Continua!
"Tulisan Ini Diikutsertakan Lomba Blog Buruh Migrant Indonesia Bersama Melanie Subono"
No comments:
Post a Comment