Tuesday, September 28, 2010

SAIGON-HANOI-HALONG-HANOI-SAIGON

* QZ7736 dari Jakarta (CGK) Soekarno Hatta International Airport Wed 15 Sep 2010, 1635 hrs (4:35PM) tiba di Ho Chi Minh (SGN) Tan Son Hat International Airport Wed 15 Sep 2010, 1940 hrs (7:40PM)


Berangkat dari Bandara Soetta dengan cuaca mendung. Air Asia ontime juga (bukan promosi) tapi untuk yang vegetarian, please checkin and booking vegetarian meals paling lambat 1 jam sebelum boarding. Kalau lewat dari itu sudah gak bisa and no compromise.

Begitu sampai di Ho Chi Minh (SGN) Tan Son Hat International Airport kita langsung di sambut oleh guide local namanya Ngie (mungkin tulisannya salah, tapi bagi lidah orang Indonesia begitulah namanya.) Orangnya ramah dan selalu berbahasa Indonesia. Asik juga siy serasa bertemu dengan teman lama. Keluar dari bandara saya langsung menyaksikan kalau kendaraan mayoritas motor dan merk yang sangat mudah ditemui adalah HONDA.. karena banyaknya yang bermerk Honda, sehingga penduduk local menyebut motor itu Honda...  (mungkin hampir sama dengan orang Indonesia n Jakarta pada umumnya, menyebut air mineral selalu dengan AQUA).

* 5D/4N (Lima Hari Empat Malam) SAIGON-HANOI-HALONG-HANOI-SAIGON.
Period: 15-20Sept, 2010

Day 01 : Arr SGN, Trsf In Only

Kita langsung menuju Hotel : QUE HUONG – LIBERTY 3 HOTEL  (hotel kita di Saigon) 87 Pham Ngu Lao Street, District 1, Ho Chi Minh City, Vietnam.


Karena sudah malam dan lapar kita checkin n langsung cari makan malam. Sebenarnya kita di sugest untuk makan mie (Pho) di suatu restoran dekat Hotel, namanya Pho 240. Tapi karena sudah malam dan hujan lebat so kita masuk di salah satu warung local. Saya memesan nasi goreng vegetarian dengan kacang-kacangan dari biji lotus. Enak tapi kurang pedas, so saya request untuk cabai dipotong potong dan diberi kecap asin. OMG... cabenya POLS banget pedesnya... tapi karena lapar n hujan.. so i like it a lot!

Selesai makan kita menuju balik ke Hotel dan membeli roti di toko roti lokal buat sarapan walaupun akhirnya dimakan malam2 dan besoknya free breakfast.. yg penting mulut ngunyah taruuusss.. hahaha LOL.

Day 02 : SGN (B/L/D) Visit to:

Miniature Caodai Temple 


Setelah sarapan di hotel, saya 'menghajar' buah naga, salad, juice... sampai pols. Berang-berang pake kancut.. Berangcuuutttt...

Kita berangkat ke Miniature Caodai Temple , didalam sana (sayangnya kita tidak boleh foto gambar and patung di dalam temple.) ada patung lima Tuhan dari 5 agama; Jesus, Budha, dan tiga patung dewa lokal. Saya bertanya sama orang disana kenapa siy ga boleh photo? Dia bilang boleh photo patung2 itu, tapi JANGAN BERFOTO BERSAMA patung2 itu, karena itu sama saja kamu salah satu dari Tuhan. dan itu akan mendatangkan kesialan bagi kamu. Ok lah... i see..

Setelah photo2 kita melanjutkan ke :

Mytho Mekong River


Di Mekong River yang luas ini kita bisa melihat kehidupan keseharian penduduk Vietnam itu agraris, sebelum menyeberang saya mempersiapkan diri dengan pisang untuk menjaga stamina (lebay!). Setelah menunggu beberapa saat kita langsung berlayar di mekong river


Tujuan pertama melihat pembuatan permen kelapa dan beristirahat sebentar sambil makan buah2an local yang vegan banget, seneng banget di sesi ini karena hampir semua hidangannya sehat banget, buah naga, paya, trus melon, wauuh banyak dey...


Setelah itu kita kembali ke suatu tepi (sepanjang sungai ini banyak tepian yg berbeda beda daya tarik wisatanya) kali ini ke pembuatan permen kelapa tapi juga ada menjual arak lokal yang direndam dengan hewan. Ada tokek, ular, biawak.. kali ini gag vegan banget.. kasian liat mereka semua diawetkan dan direndam dengan satu tujuan agar minuman ini lebih 'berkhasiat'... Tapi pekerja wanita di pembuatan permen kelapa ini cantik2.. n wanita di saigon ini memang menarik.. uuy.. lanjuuttt..


Setelah itu kita jalan lagi menuju pembuatan madu dan minuman segar, kali ini kami dihidangkan buah2an lagi.. wuih capeknya langsung hilang karena air dari buah aren di campur dengan madu dan dimakan bersama dengan buah naga.. hampir semua buah di hidangkan dengan garam dan cabai.


Setelah kenyang kita melanjutkan menyusuri anak sungai buatan. Sungai kecil buatan ini sengaja dibuat untuk mengairin kebun2 di sepanjang pinggiran sungai


Waktunya makan siang... kita mampir di suatu tepi (luap daerahnya) untuk makan siang. menu yang disajikan untuk saya totally vegetarian n semuanya lezat... nasi goreng vegie dan semacam lumpia yang isinya sayuran beserta mie vegie dan sup jamur... sedaaaapppp... two tumbs!



Setelah selesai makan kita balik ke hotel untuk makan malam diatas perahu di Saigon river, tapi sebelumnya belanja oleh2 di Benthanh Market. (Ga ada foto, skip, ga doyan belanja a.k.a kere) Dinner Cruises at Saigon  River 


Diner dan makan di sini siy saya juga dapat menu vegie, dan sempat menonton Fire Dance dari seorang penari wanita lokal eksotik. Tapi saya kurang menyukai tarian ini karena terlalu meng-eksploitasi wanita. Kenyang dan balik ke hotel... weits mampir beli ruti dulu... buat cemilan di malam hari..

Day 03 : SGN Dep (B/LD) Visit to:
Reunification Palace  
 


Pagi-pagi sekita jam 8:00 AM kita bersiap packing n langsung ke Reunification Palace. Banyak hal dan poto yang menarik disini tapi ada kejadian lucu di tempat ini. Ada seorang kakek yang dengan semangatnya mau melihat salah satu ruangan di gedung ini, tapi karena terlalu bersemangat dia tidak melihat ada kaca.. duinggg...ing.. ingg... dia pun menyundul kaca.. duh maap ya kek saya ga sempat nahan.

War Museum


Setelah itu kita melanjutkan ke musium perang, disini banyak poto dan bukti2 kekejaman perang.. poto2nya sadis2 banget.. kepengen beli emblem2 tentara usa yg asli n copotan tapi mahal... 4 USD, yah kalo di rupiahin siy sekitar 36000 IDR. Setelah puas poto2 kita melanjutkan lagi ke Notredame Cathedral...

Notredame Cathedral


Noredame Cathedral di bangun oleh Perancis pada saat invasi ke Vietnam, sayangnya lagi tidak dibuka so kita tidak bisa masuk. Di daerah sini sering dipakai sebagai pre-wed pics area.

 Post Office


Disamping Cathedral itu ada kantor pos oldskool yang lagi2 dibangun oleh Perancis. Detail bangunannya benar2 megal dan eropa banget.. kaya begini di Indonesia juga semestinya ada cuman dikelola dengan tidak baik. Setelah sempat tukar mata uang, kita melanjutkan jalan di kota.. city tourrr...

City Hall


Dari Post office kita menuju ke monumen and tugu Uncle Ho.. lumayan juga siy, kita melewati gedung2 yang dibangun oleh Perancis dan Amrik. semuanya bersih, dan yang paling salut adalah kebiasaan mereka untuk naik motor dengan amat sangat pelan dan teratur.. tapi juga keras kepala... pelan tapi ga mau nge-rem.. bingung khan? heheheheh

Cuchi Tunnels




Ok Chuci Tunnels adalah tempat fav saya di dalam Tour ini... saya dibuat terkagum kagum dengan siasat gerilyawan Vietnam dalam menggunakan lorong (tunnels) untuk mengecoh tentara barat yang ukuran badannya ga banget untuk bisa berantem dalam lorong ini.. disini saya mencoba salah satu trik mereka untuk menghajar dan langsung menyelamatkan diri di terowongan buatannya. Lorong2 ini bisa sampai kedalaman 9 meter lebih dan ini bertingkat. Mereka melakukan aktivitas sehari-hari didalam lorong ini.


Banyak manekin tentara Vietkong yang bisa menggambarkan aktivitas mereka sehari hari..


Didalam area ini kita juga ditawarkan untuk mencoba menembak bermacam senjata.. n pilihan saya AK47... senjata dan icon pemberontakan rakyat 'kiri' (istilah kiri dan kana sekarang sudah ga jaman lagi).



Setelah menembak saya berfoto dengan seorang instruktur yang kayanya adalah mantan pejuang. ok then lets take a pic.. 1 2 3.. cheeesseeeee....


Kayanya belum lengkap ke sini tanpa mencoba trowongan buatan tangan2 vietkong... akhirnya kami ber 6 mencoba trowongan sepanjang 15 meter saja.. tapi hasilnya... waduuuhhh bener2 suffer... panas.. n gag layak untuk di tempati hidup... tapi disitu kita bisa melihat perjuangan bangsa vietnam sesungguhnya... ok then bye bye Cuchi Tunnel... love it!

then flight to Hanoi, about 18h-19h.( 2hour by flight) Meet and Dinner at local Rest


1 VN 234 17SEP F SGNHAN HK4 2010 2210 /E


 Akhirnya kita makan dulu dekat bandara n langsung ciao ke Hanoi...bye bye Ngie...semoga kita bisa berjumpa lagi... n thanks udah nemenin kita2 keliling n nice with us... c u.. GBU


Day 04 : HAN-HALONG-HAN (B/L/D) Morning proceed to Halong to take a Cruises to Halong Bay to see the spectacular rock formation and beautiful caves. Lunch onboard then proceed back to Hanoi for  overnight

Sampai di Hanoi kita ditemani oleh tour guide namanya Twins (lagi2 spell-nya salah n itu yang kedengaran di kuping saya).. Twins tidak bisa berbahasa Indonesia tapi orangnya kaku n khas wilayah "kiri" tapi aslinya dia baik. Sungguh... Kita diantar ke hotel n karena sudah malam so kita langsung istirahat n besoknya mau ke Halong Bay!


Pagi2 jam 8AM bersiap ke Halong untuk nae cruise ke Halong Bay... tapi sumpah perjalanannya jauh banget sekitar kurang lebih 4-5 jam. n pemandangan kiri kanan nya Indonesia banget... orangnya lebih keras dari Saigon. Tapi perjalanan ini terbayar lunas dengan pemandangannya...


"The spectacular rock formation and beautiful caves" di iklan pariwisatanya ga salah... tempat ini sungguh indah sangat.. love it. perjalanan menuju caves yang dicanangkan oleh Unesco sebagai cagar budaya dunia benar2 membuat saya kagum... love it!


Setibanya disana saya melihat air sungguh indah tapi kenapa tidak ada kegiatan watersport ya? tapi auranya memang menyiratkan tempat ini ga cocok untuk watersport karena tidak ada tepian yang ada hanya pulau pulau karang yang indah.


Kita memasuki cave ini... Photo diatas ini adalah poto jalan masuk seorang nelayan yang menemukan tempat ini.. dia melihat ada monyet2 di pulau ini, dan dia tertarik untuk melihat pulau ini dari dekat. Setelah dia naik ternyata ada jalan masuk gua yang begitu indah. Gua ini hanya memiliki satu aula besar dan dikelola sangat baik..ditetapkan sebagai cagar budaya dan di bangun oleh pemerintah vietnam.



Banyak spot indah di cave ini n kita bisa merasa sungguh kecil didalam ciptaanNya. setelah istirahat sebentar minum air tebu dan makan pisang kita balik.. Lunch di dalam kapal. Menu Vegienya assoy geboy..


Pulang dari halong bay dengan perjalanan yang lumayan jauh badan kayanya capek banget kelamaan duduk di mobil. Kita berhenti sebentar untuk makan malam.... n menunya waooo TOP BGT! buat kalian para Vegan Backpacker sangat dianjurkan makan disini.. saya ambil kartu namanya tapi ilang... nanti saya cari lagi dey nama restonya... top abies brader n sista!

Water Puppet


Sehabis makan kita di drop ama Twins di Water Puppet, kayanya belum lengkap perjalanan ke Vietnam kalau belum ke sini. Konsepnya seperti wayang tapi dimainkan diatas air dengan diiringi music traditional yang ceria. Tapi karena bahasanya saya kurang ngerti walau dengan menyimak dialog dan aksen yang kocak, bagi kalain yang capek jangan jadikan tempat ini pilihan terakhir karena bakal ngantuk. AC Dingin n jalan cerita yang monoton. kalau saya siy suka banget.. Kira2 menceritakan tentang 4 musim di Vietnam dan aga manusia menghargai air sebagai sumber kehidupan... Setelah ini balik ke hotel, jalan kaki sekitar 10 menit, dan istirahat. besok city tour, balik ke Saigon n langsung ke Jakarta..

Day 05 : HAN-SGN Dep (B/L) Morning visit to

Hochiminh Maosoleum


Pagi-pagi setelah sarapan kita langsung menuju Monumen dan makam Uncle Ho. Twins menceritakan tentang perjuangan n biografi singkat uncle Ho.

One Pillar Pagoda


Dari uncle Ho kita berjalan kaki ke One Pilar Pagoda. Pagoda agama Budha yang hanya menggunakan satu pilar... dari foto diatas kami semua tampak gembira dan tersenyum khan? kenapa? karena di belakang guide kami ada orang bokinan ga liat2 tempat grepe2 n ga tau malu... wakakakakakakka... dunia serasa milik kita bedua de.. gitu kalie ya?

Temple of Literature


Setelah itu kita ke Temple of literature, tempat ini tadinya digunakan sebagai kampus orang2 pintar di Vietnam, tempat ini banyak melahirkan Think Thank Vietnam.

Hoankiem Lake


Sehabis dari Temple of literature kita melanjutkan jalan2 ke danau yang katanya ada kura2 raksasa yang tidak bisa di temuin dimanapun... tapi saya kecewa ternyata kura2nya udh di keringin... kasian banget...

then Lunch at Local Rest 



Setelah puas city tour kita makan siang di restoran ini... menu vegienya enak dan yang paling penting banyaakkk banget bow... hehehehe duh suka banget tempat ini... pelayannya juga bae2...

then transfer to airport for flight to SGN


Setelah makan kami semua diantar sama Twins ke bandara, orang ini rela lo antriin kita sampai selesai checkin n masukin bagasi.. thanks ya Twins... sampai jumpa di kesempatan yang lain.. take care...

2 VN 219 19SEP S HANSGN HK4 1330 1530 /E



Sampai di bandara Saigon sebenarnya masih lama tapi karena capek dan bokek so kita memutuskan istirahat di airport.




* QZ7737 dari Ho Chi Minh (SGN) Tan Son Nhat International Airport Sun 19 Sep 2010, 2005 hrs  (8:05PM) ke Jakarta (CGK) Soekarno Hatta International Airport Sun 19 Sep 2010, 2310 hrs (11:10PM)

saya sungguh menikmati perjalanan ini... belajar dan membuka mata melihat budaya lain dengan kultur yang berbeda... Sampai Jumpa di perjalanan berikutnya...

PS: Tidak susah kok seorang vegan melakukan perjalanan.. setiap negara pasti ada menu vegannya..  love it!

Tuesday, June 22, 2010

Aku yang berlari dan bertanya???

aku ingin berlari..
dan tak ingin menengok ke belakang..
hanya ingin berlari..
karna aku ingin berlari..

terus bertanya kenapa kita dilahirkan berbeda..
bertanyaku dalam kebersamaan kita..
apakah cinta salah memilih kita berdua..

sayangku..
aku mencintaimu lebih dari yang kau tahu..
dan mengapa diriku sangat enggan untuk menjejakkan kakiku sendirian tanpa dirimu..

tapi cepat atau lambat memang kita harus berpisah bukan??

karna aku dan kamu BERBEDA


Tautan : http://www.puisi.org/2006/12/01/aku-yg-berlari-dan-bertanya/

Tuesday, June 15, 2010

Pahit dalam manis coklat

How sweet does your chocolate taste when you know the producer in a country you will never see did not even paid enough to feed his family?..

How sweet does it taste when you see amount of profit a few multinational corporations make on it?..

How delicious it is to know that sweet taste in your mouth is one of slavery, a nice new economic model?..

As it melts in your mouth, how sweet does your chocolate taste, now you know the suffering that it took to get to you?

Thom Yorke -- Radiohead

Tuesday, December 01, 2009

Menjadi seorang vegan di dunia Non-Vegan

Banyak alasan seseorang memutuskan menjadi seorang vegie/vegan. Trendy, Cool, ikut-ikutan, agama, atau karena menderita suatu penyakit yang mengharuskannya untuk tidak

mengkonsumsi daging. Ketika seseorang masih kuliah (idealis) dan belum memasuki dunia kerja tentu lebih mudah untuk menjalani pola hidup vegetarian. Karena masih idealis di

dalam masa pencarian jati diri, selalu ingin beda dengan yang lain, lebih keren, dan alasan untuk menjadi 'SEHAT' adalah alasan di nomer urut terakhir. Begitu ia lulus, di

wisuda dan diterima di dunia kerja, kehidupan yang sesungguhnya baru saja dimulai. Contohnya: ketika Boss di tempat ia bekerja mentraktir ulang tahun di KFC, rekan kerja

merayakan promosinya di McD, Customer mentraktir makan-makan di Rumah Makan Padang, etc. Hal-hal ini yang sering menjadikan seorang vegan berubah ke istilah 'Flexytarian'

dan akhirnya menyerah menjadi meat eaters yang notabene untuk sebagian masyarakat adalah pola hidup 'Normal'.

Belum lagi di saat seorang vegie/vegan merayakan Hari Raya. Lebaran dengan segudang menu daging yang sangat 'menantang', Hari Raya Natal dengan deretan makanan non vegan,

Thanks Giving dengan hidangan Kalkun, Hari Raya Qurban yang identik dengan Pesta Satay dan mengharuskan seseorang yang mampu dari sisi finansial untuk mengurbankan hewan.

Belum lagi budaya ketimuran kita yang banyak alasan faktor 'tidak enak' nya a.k.a 'sungkan'.

Saya pernah bertukar pikiran dengan Rochelle (seorang koordinator lapangan PeTA) yang dulunya seorang street punkers yang penuh dengan aksesori kulit, dan saya menanyakan

tentang sepatu DM 12hole-nya, jaket kulit penuh dengan studed, studed belt, dan aksesori kulit lainnya dikemanakan? Dan katanya dia membagikannya ke teman-temannya. Tapi

beda lagi dengan Ricardo Ricci (Gitaris xReprisalx), dia berpendapat apa yang kita miliki sebelum memutuskan menjadi vegan tetap bisa kita simpan, tapi setelah itu stop

untuk membeli product hewani. Kasus ini adalah sebagian kecil dari segudang perdebatan mejalani hidup sebagai seorang vegan, karena manusia tidak bisa memilih dilahirkan

sebagai seorang vegan atau tidak.

Belum lagi pengandaian tentang apabila semua orang menjadi vegetarian maka rantai makanan akan terputus dan masalah baru akan timbul. Hal ini sangat menarik dan pernah

ditulis oleh Dewi Lestari a.k.a DEE di blogspotnya (check this out : http://dee-idea.blogspot.com/2008/05/dua-pertanyaan-yang-berarti-tulisan.html). Norma agama dan budaya

pun banyak berperan dalam kehidupan seorang vegan di dalam memutuskan apa yang boleh dan tidak boleh dimakan. Di luar negeri juga ada gelombang anti vegan, yaitu :

Anti-Vegetarian Society of Meat Eaters (AVSME).

Pernah juga saya menghabiskan malam sepulang dari HC / Punk Rawk show Live di Bandung dengan seorang teman non vegan yang mempertanyakan nasib warung pecel lele, soto, sop

dan jejeran warung non vegan yang menggantungkan hidupnya dengan menjual makanan non vegan. Amat sangat jarang warung kaki lima menjual menu vegie karena akan tidak bisa

diandalkan. kalau kawan kawan begadang sampai malam dan mulai mencari makan malam maka kalian akan sangat susah untuk menemukan warung yang buka sampai malam yang menjual

menu vegie. Saya juga pernah mengatakan hal ini ke Ricci XReprisalX dan dia mengatakan sesungguhnya sangat mudah di Asia dan wilayah tropis dengan banyaknya buah-buahan,

coba bayangkan di Italia (tempat asal XReprisalX) yang sebagian besar makanannya mengandung daging dan terkenal dengan kelezatannya.


Belum lagi istilah makanan jadi-jadian (panganan hewani yang dimodif dengan bahan dasar nabati) di tengah masyarakat. Maksudnya, makanan yang terbuat bukan dari bahan dasar

aslinya. Empal daging, misalnya, bukan irisan daging sapi yang digoreng, tetapi ”empal” dari sejenis jamur ditambah ramuan bahan lain sehingga tekstur dan rasanya

menyerupai daging sapi yang dibuat empal. Paling tidak, penganan hewani jadi-jadian ini akan lebih mudah diterima vegetarian pemula dan kalangan nonvegetarian. Adapun

pelaku vegetarian sejak lama boleh jadi sudah tak perlu lagi citarasa hewani semacam itu. Tetapi sebaliknya tindakan militant vegan di PeTA dan ALF dengan kampanye

kebenciannya serta selalu menyuarkan bahwa pemakan daging tidak bermoral, pembunuh berantai (serial killer), dan menuduh orang tua yang memberi makanan daging ke

anak-anaknya adalah penganiayaan terhadap anak-anak. Ada beberapa artikel anti vegan yang menarik diantaranya Vegetarian Myths

(http://articles.mercola.com/sites/articles/archive/2000/04/02/vegetarian-myths.aspx), artikel ini memberi 15 Mitos vegetarian yang disertai argumen yang ilmiah. Artikel

ini walaupun hanya melihat dari satu sisi dan penulis berusaha keras untuk meyakinkan bahwa hidup vegan itu tidak sehat dan kita tetap membutuhkan asupan hewani, banyaknya

kasus yang tidak detail. Tetapi dengan seringnya kita membaca artikel dari berbagai sumber maka sudut pandang kita mengenai kehidupan vegetarian dan non vegetarian akan

semakin baik serta menjauhkan perdebatan yang tidak perlu. kali ini juga ada thread bagus di kaskus yang saya rasa perlu dihadirkan disini yaitu 63 Cara Efektif Menjalani

Gaya Hidup Vegan dan Hijau. Seperti di bawah ini:

============================================================

Setelah memantapkan diri untuk berubah gaya hidup vegan dan hijau, carilah tips atau cara-cara menjalani aktivitas kehidupan kita sehari-hari. Berikut disampaikan 63 cara

menjalani gaya hidup vegan dan hijau yang dapat kita terapkan setiap saat.


MAKANAN, MINUMAN dan PRODUK PEMAKAIAN SEHAT dan HIJAU


1. Jangan membeli sesuatu yang terkait atau berasal dari hasil pembunuhan atau penyiksaan makhluk hidup.

2. Pilihlah makanan, minuman, produk untuk pemakaian yang murni mengandung unsur bahan nabati dan terbebas dari unsur hewani atau kimiawi. Makanan termasuk kudapan (snack),

kue, roti, makanan ringan lainnya, pastikan kandungannya bebas dari unsur hewani. Minuman yang perlu dihindari termasuk minuman yang mengandung susu dan alkohol. Produk

pemakaian seperti sepatu, dompet, tali ban, kosmetik, dan lain-lain tidak terbuat dari kulit hewani atau mengandung unsur hewani lainnya. Keputusan paling utama sebelum

membeli sesuatu adalah membaca kandungan bahan yang tercantum di artikel atau bertanya. Apabila ragu, sebaiknya cari alternatif lainnya.

3. Konsumsi bahan makanan yang segar, hindari makanan yang sudah diolah seperti makanan dalam kalengan atau makanan yang sudah diawetkan.

4. Belilah produk dari hasil pertanian dan perkebunan setempat atau produksi lokal. Untuk makanan dari hasil pertanian dan perkebunan, ataupun produk pemakaian seperti

kosmetik, carilah yang berunsur organik atau hydroponik.

5. Lakukan segala cara untuk memakai ulang botol kemasan, botol minuman, dan wadah penyimpanan lainnya.

6. Belilah dalam kemasan yang besar, atau isi ulang. Selain jauh lebih murah juga menghindari pembuangan kemasan yang tidak perlu dan hanya memperburuk tumpukan sampah

non-organik.

7. Jangan memakan makanan siap saji (fast food) yang menggunakan piring, sendok makan sekali pakai. Karena restoran fast food demikian merupakan penghasil sampah terbesar,

selain itu konsumsi fast food juga tidak baik bagi kesehatan kita.

8. Bawalah tas belanja tersendiri yang bisa dipakai berulang-ulang, bahannya bisa terbuat dari kain atau bahan nabati lainnya, seperti anyaman dari tali rami, tali daun

pisang, dll. Dengan mengurangi tas plastik, berarti Anda juga ikut mengurangi timbungan sampah non-organik. Tas plastik yang tertimbun di tanah perlu ribuan tahun baru bisa

terurai.

9. Bawalah botol minuman sendiri, hindari membeli minuman dalam kemasan botol, apabila tidak mendesak sekali. Botol minuman plastik yang dibuang sembarangan juga merusak

lingkungan.

10. Beralilah menyajikan minuman kepada tamu dalam gelas, hindari sajian dengan minuman kemasan atau air mineral gelas. Hindari juga penggunaan gelas sekali pakai.

11. Membeli sesuatu atau berbelanja di sekitar lingkungan atau pasar tradisional, karena akan lebih hemat bahan bakar.

12. Perbanyak masak di rumah atau bawa makanan ke kantor, karena untuk keluar makan di rumah makan selain menghabiskan bahan bakar dan juga jauh lebih murah apabila bawa

makanan sendiri.


RUMAH dan LINGKUNGAN HIJAU


13. Tanam pohon di sekitar lingkungan kita. Ajak serta tetangga untuk menanam bibit tanaman di sekitar tempat tinggal, kantor, atau lokasi-lokasi penanaman bibit pohon

tertentu seperti di pantai, sekolahan, atau taman umum.

14. Lakukan karya bhakti pembersihan lingkungan, bersihkan parit atau selokan di sekitar perumahan, pengaturan pembuangan sampah organik dan non-organik.

15. Manfaatkan sampah non-organik seperti plastik kemasan dan botol minuman untuk dipakai sebagai bahan kerajinan, atau mengumpulkannya secara terpisah untuk diberikan atau

dijual kepada pemulung.

16. Membuat lubang biopori di pekarangan rumah atau di taman umum lingkungan tempat tinggal, dan bisa dimanfaatkan untuk membuang sampah organik. Setelah melewati masa

pembusukan di dalam lubang biopori, sampah organik tersebut bisa dipanen untuk pupuk tanaman.

17. Matikan oven, pemanas, seterika beberapa menit sebelum waktunya. Ornamen pemanas di peralatan tersebut masih mampu bekerja apabila dicabut dari listriknya.

18. Periksa AC jangan sampai ada kebocoran, turunkan suhunya, jangan biarkan ada celah yang terbuka dalam ruangan ber AC. Pergunakan timer pada waktu tidur, misalnya di set

jam menjelang pagi, akan mati sendiri AC nya. Pergunakan AC yang hemat energi.

19. Pergunakan listrik yang bersumber dari energi surya untuk pemakaian lampu, pemanas air, dan peralatan listrik lainnya.

20. Serahkan rancangan rumah kepada arsitek atau konsultan yang ahli rumah hijau, sehingga rumah kita akan terkesan asri, juga akan hemat pemeliharaannya. Rumah hijau

adalah rumah yang mengutamakan pemakaian bahan daur-ulang, pencahayaan matahari, pemakaian energi surya, pengolahan air habis pakai agar bisa dipakai ulang untuk berbagai

kebutuha, tanaman pelindung dan penyerap CO2 di sekitar pekarangan.

21. Matikan lampu dari sumbernya, dan kalau mematikan TV, komputer, dan peralatan listrik lainnya yang kabelnya tersambung ke saklar, pastikan sumber listriknya di saklar

sudah dimatikan.

22. Jangan biarkan kran, tempat menampungan air, tabung toilet mengalami kebocoran, sehingga air menetes keluar terus selama 24 jam. Bayangkan berapa banyak air yang

terbuang selain boros biaya juga terbuang air bersih dengan percuma.

23. Pergunakan peralatan listrik yang hemat energi, seperti lampu, rice cooker, TV, AC, dan peralatan listrik lainnya. Sudah terdapat banyak peralatan rumah tangga yang

hemat listrik di toko-toko. Belilah yang hemat energi.

24. Maksimalkan pencahayaan surya, buka tirai jendela, pergunakan warna yang terang di dalam rumah.

25. Segera mencabut kabel listrik dari sumbernya apabila sudah selesai dipakai, seperti untuk mengisi ulang baterai telpon genggam, seterika, pencukur eletrik, games,

kamera, dll.

26. Hindari membuka pintu lemari es lama-lama karena setiap kali pintu lemari es dibuka, diperlukan tarikan listrik yang tinggi untuk mendinginkan kembali suhunya.

27. Pergunakan timer untuk menghidup dan mematikan lampu di pekarangan, sehingga akan terhindar dari lupa mematikan di pagi hari karena kesiangan bangun.

28. Potong makanan dalam ukuran yang lebih kecil, karena ukuran makanan yang kecil akan lebih sedikit menggunakan energi untuk memasaknya.

29. Pergunakan air dingin untuk mencuci, dan cucilah dalam jumlah yang banyak. Hindari pemakaian mesin cuci apabila hanya mencuci dalam jumlah yang sedikit.

30. Pergunakan bahan-bahan detergen, pembersih lantai, sabun cuci, shampo, dan bahan-bahan lainnya yang ramah lingkungan.

31. Hindari menggunakan kaleng obat nyamuk semprotan, ataupun obat nyamuk bakar. Lebih baik mencegah nyamuk masuk ke dalam rumah daripada menyemprot obat nyamuk di dalam

rumah selain tidak sehat buat keluarga juga boros. Pasang kasa jendela, pintu kawat nyamuk, dan bersihkan lingkungan dalam rumah supaya tidak menjadi sarang nyamuk.

32. Pergunakan ulang perabot rumah tangga Anda, dan jaga supaya tetap awet dipakai. Hindari kebiasaan berbelanja perabot baru padahal perabot lama masih bisa dipakai.

33. Hindari penggunaan deodoran atau minyak rambut semprot yang mengandung bahan aerosol karena bahan tersebut juga merupakan salah satu penyumbang terbesar dalam

pencemaran lingkungan.

34. Sekali-kali, lakukan penjualan lewat garasi atau disumbangkan ke panti asuhan atau fakir miskin lainnya untuk membersihkan peralatan, mainan, baju, perabot yang sudah

tidak dipakai lagi.


TEMPAT KERJA DAN SEKOLAH HIJAU


35. Matikan lampu apabila masih terang pencahayaan dari luar, atau sedang tidak berada di dalam ruangan.

36. Pergunakan kertas secara bolak-balik untuk fotocopy ataupun untuk cetak. Hindari cetak di printer apabila tidak dibutuhkan. Sebaiknya kirim laporan dan memo melalui

intranet kantor atau melalui email.

37. Himbau dalam bentuk catatan kaki di setiap email yang dikirim keluar agar tidak mencetak email tersebut apabila tidak benar-benar dibutuhkan, demi mendukung lingkungan

dan penghijauan.

38. Lakukan rapat dengan menggunakan bahan presentasi, dan hindari fotocopy bahan presentasi. Kirimkan kepada peserta rapat dalam bentuk softcopy, selain bisa disimpan juga

menghemat banyak biaya kertas dan listrik untuk fotocopy.

39. Hindari keluar makan siang, khususnya di Jakarta, dan kota-kota besar lainnya, selain habis waktu di jalan karena macet, boros energi, dan juga lebih mahal kalau makan

di luar. Pesan makanan untuk diantar ke kantor, bawa makanan dari rumah, atau makan di food-court dekat kantor yang bisa dicapai dengan berjalan kaki.

40. Pergunakan elektrok banking untuk transaksi perbankan, baik melalui ATM, internet banking, mobile banking. Hindari mencetak struk atau bukti transaksi apabila tidak

dibutuhkan.

41. Untuk pabrik dan industri yang berproduksi secara massal, pergunakan sumber energi yang berasal dari surya dan angin. Pabrik-pabrik dengan ruangan yang terbuka dan

manfaatkan ventilator angin untuk mengurangi pemakaian AC atau kipas angin di dalam ruangan pabrik. Berikan penghargaan kepada karyawan yang disiplin dalam penghematan

energi listrik, air, dan bahan-bahan kertas lainnya. Dan sebaliknya, kepada karyawan yang teledor, tidak mematikan peralatan listrik sehabis pakai, berikan sangsi

peringatan.

42. Galang kelompok pencinta lingkungan atau kelompok “Go Green” dalam lingkungan kantor atau pabrik dengan melakukan berbagai kegiatan penghijauan, bersepeda pada hari

tertentu untuk ke tempat kerja, melakukan gerak jalan dan terlibat dalam aktivitas lingkungan hidup.

43. Perlakukan satu hari tidak kerja untuk acara pembersihan, yaitu membersihkan segala berkas, kertas-kertas yang tidak dipakai, laporan-laporan yang sudah lama,

bukti-bukti pembukuan yang sudah daluwarsa. Semua berkas tersebut bisa dimusnahkan, apabila ada rahasianya, atau ditimbang untuk dijual kepada pemulung.

44. Lakukan rancang bangun atau renovasi bangunan sekolah yang memperhatikan aspek ramah lingkungan, pergunakan energi surya untuk penerangan, perhatikan ruangan kelas

sekolah apabila istirahat agar matikan AC dan lampu, lakukan pembersihan lingkungan sekolah, undang pihak-pihak luar yang pakar tentang pemanasan global untuk melakukan

presentasi di sekolah dan mereka akan senang melakukannya tanpa dipungut biaya, hindari fotocopy bahan pelajaran melainkan bisa kirimkan bahan pelajaran via email atau

simpan di USB atau bahan penyimpan file lainnya yang dibawa siswa melalui komputer di meja guru, setiap guru dibekali laptop untuk penjelasan pelajaran sekolah dan

pengajaran melalui presentasi dari laptop dan bahan presentasi bisa dikirimkan via email kepada siswa atau digandakan melalui media penyimpanan USB atau disket.


PERJALANAN HEMAT dan HIJAU


45. Jalan bersama dengan keluarga apabila berangkat kerja, misalnya mengantar anak sekolah sekalian berangkat kerja. Atau, apabila jaraknya berlawanan, bisa mengantar anak

dengan menggunakan mobil antar jemput sekolah.

46. Berangkat atau pulang kerja secara berbarengan dengan rekan-rekan sekantor dalam satu mobil yang searah, sehingga bisa berbagi biaya perjalanan dengan mereka.

47. Usahakan menggunakan transportasi massa daripada memiliki mobil sendiri yang selain boros biaya BBM, juga menghindari kemacetan di jalan, biaya parkir, asuransi dan

biaya pemeliharaan mobil.

48. Apabila memakai mobil sendiri, pergunakan mobil yang hemat energi, yang berbahan bakar biosolar, atau biogas. Jangan menggunakan mobil besar sejenis van atau SUV hanya

untuk transportasi di dalam kota. Gunakan kendaraan hibrida atau yang menggunakan sumber panel surya.

49. Secara rutin merawat kendaraan, cek tekanan angin karena tekanan angin yang kurang akan lebih boros BBM.

50. Matikan mesin mobil saat sedang menunggu, apabila memakai supir, selalu ingatkan supir untuk tidak menyalakan AC dan tidur di mobil. Kalau perlu, setelah parkir,

serahkan kunci mobil sehingga supir tidak berkesempatan tidur di mobil sambil menyalakan AC dan mendengar radio.

51. Belajarlah mengemudi dengan baik, mengganti perseneling sesuai kecepatan atau menggunakan perseneling otomatis, hindari menginjak gas terlalu dalam, matikan mesin

apabila terjadi kemacetan yang terlalu lama, matikan AC apabila udara di luar tidak terlalu panas, matikan AC mobil beberapa menit sebelum sampai tujuan.

52. Apabila jarak rumah ke kantor atau tempat kerja dekat dan bisa ditempuh dengan naik sepeda, lebih baik menggunakan sepeda yang selain menghemat biaya perjalanan juga

baik untuk menjaga kebugaran badan.

53. Hindari berlibur ke luar negeri yang jauh karena akan meninggalkan banyak jejak karbon. Banyak tempat-tempat wisata menarik di dalam negeri dan berbagai daerah di

pelosok yang bisa kita pakai untuk tujuan liburan keluarga. Hindari pemakaian pesawat terbang untuk perjalanan wisata atau perjalanan dinas lainnya, karena bahan bakar

pesawat terbang adalah penyumbang gas rumah kaca yang lebih tinggi dibandingkan mobil atau kendaraan darat dan laut lainnya.

54. Kurangi rapat di luar kantor atau di luar daerah dan di luar negeri, karena kemajuan teknologi saat ini mampu menyediakan teleconference jarak jauh, elektronik

chatting, mobile chatting, presentasi jarak jauh, monitoring jarak jauh, yang semuanya itu bisa dilakukan karena kecanggihan internet. Pergunakan semaksimal mungkin

kemajuan teknologi internet untuk tujuan bisnis.

55. Apabila sedang menginap di hotel, pergunakan handuk hotel lebih dari satu hari, matikan lampu dan AC kamar hotel apabila tidak berada di ruangan, matikan TV, dan

pastikan tidak ada kebocoran air di kamar mandi.


LAIN LAIN yang HIJAU


56. Pergunakan baterai yang bisa diisi ulang atau rechargeable, jangan menggunakan baterai yang habis buang.

57. Pilihlah monitor untuk komputer atau TV model LCD dan hindari pemakaian peralatan elektronik yang boros listrik.

58. Gunakan produk-produk yang memiliki label daur-ulang (recycle), ramah lingkungan (eco-friendly), organik, bebas bahan kimia, dan berjangka panjang atau bisa dipakai

berulang-ulang (re-useable).

59. Bawa botol pengisi ulang dan berbelanja bahan-bahan cair di tempat yang menyediakan pengisian ulang seperti sabun cair, pembersih lantai, air minum isi ulang, dan

lain-lain.

60. Tempatkan tumbuh-tumbuhan di dalam ruangan untuk menjaga kesegaran ruangan.

61. Gunakan pupuk tanaman yang organik, penyemprot hama organik, dan pelajari cara bercocok tanam hidroponik karena sangat mudah dan bisa untuk konsumsi sendiri

62. Jangan membuang sampah sembarangan, pisahkan sampah organik dan non-organik, pelajari cara memanfaatkan sampah organik dan non-organik menjadi sesuatu yang bermanfaat.

63. Bersuaralah dan kumandangkan kepada keluarga, kerabat, tetangga, sahabat, teman sekolah, rekan kerja, dan masyarakat sekitar untuk menyelamatkan Bumi dari pemanasan

global dengan mengurangi konsumsi daging hewani atau menjadi vegan, melakukan penghijauan dan bertindak hijau dalam lingkungan rumah, sekolah, tempat kerja, dan tempat

umum.

Sayangi bumi, kurangi makan daging

============================================================


Menjadi fanatik merupakan masalah besar tentang topik apapun. Tidak berbeda dengan makanan. Bahkan vegie/vegan baik-baik saja tetapi menjadi fanatik memiliki dampak bagi

semua orang. Pemakan daging juga sama, mereka menjadi fanatik bahwa sumber protein mereka adalah hanya satu. Bahkan dalam suatu posting di disscusion board ada seorang

anti-vegan mengutuk seorang vegetarian yang memberi makanan vegan ke bayinya dan menuduh orang itu melakukan pelecehan anak - benar-benar aneh. Saya berharap kita melihat

keseimbangan tanpa ada unsur fanatik sedikitpun.


NB: So don't push your beliefs on me & I won't push my beliefs on you. All I would love to say is please respect my values and choices and I respect yours. In other words,

"live and let live".


Sumber:
http://www.kaskus.us/showthread.php?t=1352494
http://articles.mercola.com/sites/articles/archive/2000/04/02/vegetarian-myths.aspx
http://answers.yahoo.com/question/index?qid=20071201120639AAOENCz
http://answers.yahoo.com/question/index?qid=20070813161628AA4c0Kg
http://travel.kompas.com/read/xml/2008/10/18/09403558/vegetarian.hidup.sehat.dengan.makanan.jadi-jadian
http://www.vegblog.org/archive/2001/03/12/anti-vegetarian-oddness/
http://chuin5.multiply.com/journal/item/25/Ga_Doyan_Daging

Monday, October 12, 2009

Terror and No Turning Back

Terror - No Turning Back, Suffer To Return Harder Show 2009
Thursday, October 1st 2009 at GSG ITENAS - Bandung..

Terror, band hartkort from Amerika kemaren Tour ke Indonesia (Bandung).. Band yang pernah merilis albumnya di 'Bridge Nine Records' suatu perusahaan rekaman yg merilis band-band X aka Straight Edge. The Vox : Scot Vogel (Slugfest, Despair, Buried Alive) terkenal aktif di scene hardcore dan senang melakukan 'stage diving' dan hal-hal aneh lainnya sehingga muncul istilah 'Vogelism' di scene Hardcore Amrik.



Band ini juga dicetuskan oleh jawara2 hardcore lama seperti Frank Novinec - guitar (Hatebreed, ex-Ringworm, ex-Integrity); Carl Schwartz - bass (First Blood, ex-Sworn Vengeance); Todd Jones - guitar (Internal Affairs, Snake Eyes, Betrayed, Carry On, Blacklisted); Matt Smith - bass (Rain on the Parade, Shark Attack); Richard Thurston - bass (Culture, Blood Has Been Shed); Jonathan Buske - bass (Rag Men, ex-The Promise, ex-Another Victim); Doug Weber - Guitar (ex-First Blood, ex-Sworn Vengeance)... masih kurang?



oiya satu lagi band yg oks punya.. No Turning Back.. European Hardcore dari Belanda.. YOU CANT BREAK ME!!! woww keren bangets lah mereka berdua.. kalau dari band local sendiri gag sempet liat band Jkt Final Attack and Thinking Straight!!! Salut sama panitia yg ontime banget dan nyiapin semuanya dengan matang (sampai mobil pemadam juga standby).. n gag kaya acara di Jakarta yg banyak 'copet'nya, kali ini rapih banget n kayaknya gag ada yg kecopetan. Outright (band HC dari Bandung) oke juga.. sounds mereka new skool n distorsi ala metal n breakdown ala Hatebreed.. american hc bgt!



Ok, pokoknya secara keseluruhannya.. acara ini oks banget! titik!!!

Thursday, September 24, 2009

John 3:16

New American Standard Bible (©1995)
"For God so loved the world, that He gave His only begotten Son, that whoever believes in Him shall not perish, but have eternal life.

King James Bible
For God so loved the world, that he gave his only begotten Son, that whosoever believeth in him should not perish, but have everlasting life.

American King James Version
For God so loved the world, that he gave his only begotten Son, that whoever believes in him should not perish, but have everlasting life.

American Standard Version
For God so loved the world, that he gave his only begotten Son, that whosoever believeth on him should not perish, but have eternal life.

Douay-Rheims Bible
For God so loved the world, as to give his only begotten Son; that whosoever believeth in him, may not perish, but may have life everlasting.

Darby Bible Translation
For God so loved the world, that he gave his only-begotten Son, that whosoever believes on him may not perish, but have life eternal.

English Revised Version
For God so loved the world, that he gave his only begotten Son, that whosoever believeth on him should not perish, but have eternal life.

Webster's Bible Translation
For God so loved the world, that he gave his only-begotten Son, that whoever believeth in him, should not perish, but have everlasting life.

World English Bible
For God so loved the world, that he gave his one and only Son, that whoever believes in him should not perish, but have eternal life.

Young's Literal Translation
for God did so love the world, that His Son -- the only begotten -- He gave, that every one who is believing in him may not perish, but may have life age-during.

ΚΑΤΑ ΙΩΑΝΝΗΝ 3:16 Greek NT: Tischendorf 8th Ed. with Diacritics
οὕτως γὰρ ἠγάπησεν ὁ θεὸς τὸν κόσμον, ὥστε τὸν υἱὸν τὸν μονογενῆ ἔδωκεν, ἵνα πᾶς ὁ πιστεύων εἰς αὐτὸν μὴ ἀπόληται ἀλλ’ ἔχῃ ζωὴν αἰώνιον.

ΚΑΤΑ ΙΩΑΝΝΗΝ 3:16 Greek NT: Greek Orthodox Church
Οὕτω γὰρ ἠγάπησεν ὁ Θεὸς τὸν κόσμον, ὥστε τὸν υἱὸν αὐτοῦ τὸν μονογενῆ ἔδωκεν, ἵνα πᾶς ὁ πιστεύων εἰς αὐτὸν μὴ ἀπόληται ἀλλ’ ἔχῃ ζωὴν αἰώνιον.

ΚΑΤΑ ΙΩΑΝΝΗΝ 3:16 Greek NT: Stephanus Textus Receptus (1550, with accents)
Οὕτως γὰρ ἠγάπησεν ὁ θεὸς τὸν κόσμον ὥστε τὸν υἱὸν αὐτοῦ τὸν μονογενῆ ἔδωκεν ἵνα πᾶς ὁ πιστεύων εἰς αὐτὸν μὴ ἀπόληται ἀλλ' ἔχῃ ζωὴν αἰώνιον

ΚΑΤΑ ΙΩΑΝΝΗΝ 3:16 Greek NT: Westcott/Hort with Diacritics
οὕτως γὰρ ἠγάπησεν ὁ θεὸς τὸν κόσμον, ὥστε τὸν υἱὸν τὸν μονογενῆ ἔδωκεν ἵνα πᾶς ὁ πιστεύων εἰς αὐτὸν μὴ ἀπόληται ἀλλ’ ἔχῃ ζωὴν αἰώνιον.

ΚΑΤΑ ΙΩΑΝΝΗΝ 3:16 Greek NT: Tischendorf 8th Ed.
ουτως γαρ ηγαπησεν ο θεος τον κοσμον ωστε τον υιον τον μονογενη εδωκεν ινα πας ο πιστευων εις αυτον μη αποληται αλλ εχη ζωην αιωνιον

ΚΑΤΑ ΙΩΑΝΝΗΝ 3:16 Greek NT: Byzantine/Majority Text (2000)
ουτως γαρ ηγαπησεν ο θεος τον κοσμον ωστε τον υιον αυτου τον μονογενη εδωκεν ινα πας ο πιστευων εις αυτον μη αποληται αλλ εχη ζωην αιωνιον

ΚΑΤΑ ΙΩΑΝΝΗΝ 3:16 Greek NT: Textus Receptus (1550)
ουτως γαρ ηγαπησεν ο θεος τον κοσμον ωστε τον υιον αυτου τον μονογενη εδωκεν ινα πας ο πιστευων εις αυτον μη αποληται αλλ εχη ζωην αιωνιον

ΚΑΤΑ ΙΩΑΝΝΗΝ 3:16 Greek NT: Textus Receptus (1894)
ουτως γαρ ηγαπησεν ο θεος τον κοσμον ωστε τον υιον αυτου τον μονογενη εδωκεν ινα πας ο πιστευων εις αυτον μη αποληται αλλ εχη ζωην αιωνιον

ΚΑΤΑ ΙΩΑΝΝΗΝ 3:16 Greek NT: Westcott/Hort
ουτως γαρ ηγαπησεν ο θεος τον κοσμον ωστε τον υιον τον μονογενη εδωκεν ινα πας ο πιστευων εις αυτον μη αποληται αλλ εχη ζωην αιωνιον

John 3:16 Hebrew Bible
כי ככה אהב האלהים את העולם עד אשר נתן את בנו את יחידו למען לא יאבד כל המאמין בו כי אם יחיה חיי עולמים׃

Apocalypsis 22:21 Latin: Biblia Sacra Vulgata
sic enim dilexit Deus mundum ut Filium suum unigenitum daret ut omnis qui credit in eum non pereat sed habeat vitam aeternam

Juan 3:16 Spanish: La Biblia de las Américas (©1997)
Porque de tal manera amó Dios al mundo, que dio a su Hijo unigénito, para que todo aquel que cree en El, no se pierda, mas tenga vida eterna.

Juan 3:16 Spanish: La Nueva Biblia de los Hispanos (©2005)
"Porque de tal manera amó Dios al mundo, que dio a Su Hijo unigénito (único), para que todo aquél que cree en El, no se pierda, sino que tenga vida eterna.

Juan 3:16 Spanish: Reina Valera (1909)
Porque de tal manera amó Dios al mundo, que ha dado á su Hijo unigénito, para que todo aquel que en él cree, no se pierda, mas tenga vida eterna.

Juan 3:16 Spanish: Sagradas Escrituras (1569)
Porque de tal manera amó Dios al mundo, que ha dado a su Hijo Unigénito, para que todo aquel que en él cree, no se pierda, mas tenga vida eterna.

Juan 3:16 Spanish: Modern
Porque de tal manera amó Dios al mundo, que ha dado a su Hijo unigénito, para que todo aquel que en él cree no se pierda, mas tenga vida eterna.

Jean 3:16 French: Louis Segond (1910)
Car Dieu a tant aimé le monde qu'il a donné son Fils unique, afin que quiconque croit en lui ne périsse point, mais qu'il ait la vie éternelle.

Jean 3:16 French: Darby
Dieu a tant aimé le monde, qu'il a donné son Fils unique, afin que quiconque croit en lui ne périsse pas, mais qu'il ait la vie éternelle.

Jean 3:16 French: Martin (1744)
Car Dieu a tant aimé le monde, qu'il a donné son Fils unique, afin que quiconque croit en lui ne périsse point, mais qu'il ait la vie éternelle.

Jean 3:16 French: Ostervald (1744)
Car Dieu a tant aimé le monde, qu'il a donné son Fils unique, afin que quiconque croit en lui ne périsse point, mais qu'il ait la vie éternelle.

Johannes 3:16 German: Luther (1912)
Also hat Gott die Welt geliebt, daß er seinen eingeborenen Sohn gab, auf daß alle, die an ihn glauben, nicht verloren werden, sondern das ewige Leben haben.

Johannes 3:16 German: Luther (1545)
Also hat Gott die Welt geliebet, daß er seinen eingeborenen Sohn gab, auf daß alle, die an ihn glauben, nicht verloren werden, sondern das ewige Leben haben.

Johannes 3:16 German: Elberfelder (1871)
Denn also hat Gott die Welt geliebt, daß er seinen eingeborenen Sohn gab, auf daß jeder, der an ihn glaubt, nicht verloren gehe, sondern ewiges Leben habe.

約 翰 福 音 3:16 Chinese Bible: Union (Traditional)
「 神 愛 世 人 , 甚 至 將 他 的 獨 生 子 賜 給 他 們 , 叫 一 切 信 他 的 , 不 至 滅 亡 , 反 得 永 生 。

約 翰 福 音 3:16 Chinese Bible: Union (Simplified)
「 神 爱 世 人 , 甚 至 将 他 的 独 生 子 赐 给 他 们 , 叫 一 切 信 他 的 , 不 至 灭 亡 , 反 得 永 生 。

約 翰 福 音 3:16 Chinese Bible: NCV (Simplified)
“ 神爱世人,甚至把他的独生子赐给他们,叫一切信他的,不至灭亡,反得永生。

約 翰 福 音 3:16 Chinese Bible: NCV (Traditional)
“ 神愛世人,甚至把他的獨生子賜給他們,叫一切信他的,不至滅亡,反得永生。

For God so loved the world that he gave his only begotten Son that whosoever believeth in him should not perish but have everlasting life

Tuesday, August 18, 2009

cin[T]a


title ini diambil dari judul satu film indie yang menceritakan perbedaan, cinta, dan Tuhan.. film yang mengajak kita tidak hanya menonton tetapi berpikir.. terlebih lagi setelah membaca tulisan Dee yaitu Ketuhanan Yang Ma[s]a Esa[?].. banyak sekali teori dan pemikiran baik dari DEE sendiri maupun dari pembacanya yang memberi komentar.. tentang teologi apofatik (yang lebih menekankan untuk mendingan TIDAK TAHu tentang Tuhan, sebab bila kita TAHU akan Tuhan, maka Tuhan lahir sebagai objek ciptaan pikiran kita...semua masih serba mungkin).. dan yang lebih menarik yaitu tentang banyaknya pembaca yang merasakan hal yang sama dengan Tulisan Dee tadi..

Salut dengan film Cin[t]a.. dengan TUlisan Dee (satu2nya blog yang saya ikuti).. dan pembaca-pembaca blog dee yang memberi komen yang tidak sekedar komen (kaya komen sampah di FB? hahahha) tetapi memberi pemikiran dan masukan yang 'berat'..
diangkat dari buku berjudul sama; ketika Neale ditanya oleh seorang audiens, yang kira-kira: jika Tuhan memiliki pesan untuk manusia yang disampaikan dalam sebuah kalimat yang terdiri 5 kata, kalimat apakah itu?

: "You've got Me all wrong."

:-)

BTW, buat saya Cin(T)a adalah film Indonesia pertama tahun ini yang nggak malesin dan 'bisa bikin mikir'.


suatu hal kecil yang bisa membuat kita berpikir.. "you've got Me all wrong"... mungkin banyak kawan, teman, yang dengan langsung menyatakan ketidak setujuan akan hal ini.. dan mungkin akan Emosi dan mengeluarkan semua pengalaman dan pemikiran yang ada di kepala untuk mati2an meng-counter hal ini.

Mari kita membaca dengan open mind dan berpikir positif dan mengambil sisi negatif untuk saling menghujat dan menjatuhkan.. maka alangkah lebih baik jika kita melihat film Cin[t]a.. lalu membaca tulisan di Blog Dee.. dan tidak lupa membaca komen2 di blog tersebut..

Selamat menikmati.. and have a nice weekend..

Warm Regards.. Salam.. Shaloom,
XPX

Saturday, July 11, 2009

Vegan Reich


enjoy it! taken from www.bidoun.com.

By Kelefa Sanneh
In 1981, A Washington, DC, Punk band named minor threat released a song called "Straight Edge." The lyrics, as barked by the lead singer, Ian Mackaye, delivered an unequivocal rebuke to punk-rock hedonism:
I'm a person, just like you
But I've got better things to do
Than sit around and fuck with my head
Hang out with the living dead
Snort white shit up my nose
Pass out at the shows


The song lasts all of forty-five seconds, barely enough time for two verses and a chorus that sounded like an unlikely rallying cry: "I've got the straight edge!" The name stuck, and in the next few years "straightedge" emerged as a kind of punk-rock temperance movement, a teenage rebellion against old-fashioned teenage rebellion. As MacKaye sang in a different song: "[I] don't smoke / I don't drink / I don't fuck / At least I can fucking think."

MacKaye always says he didn't mean to start a movement. But for kids (as they were always called) all across the country, straightedge was a revelation, proof that punk could be (as the kids liked to say) "positive." You might say that punk rock was moving beyond politics into ethics. Except that many of the straightedge bands that came up in the American 1980s weren't particularly political. Uninterested in storming the barricades, let alone changing the world, straightedge kids created their own little worlds, which they called scenes. Many of them didn't even identify as punk—they were hardcore, tough young kids who seemed a world away from the artsy ironists who popularized punk rock in the 1970s.

"Straightedge" didn't necessarily mean "clean-cut": there were hot-headed jocks, earnest activist types, and plenty of kids who were in it for the music, as well as the seductive air of (very) righteous indignation. It was, in a sense, a whole movement dedicated to extremism in defense of virtue… and yet one band of extremists found a way to make everyone else seem downright slack. They named themselves Vegan Reich. Their four-song debut included a foldout manifesto for a philosophy called hardline, which was not only straightedge and vegan but also anti-abortion and arguably anti-gay. "The time has come," it began, "for an ideology and for a movement that is both physically and morally strong enough to do battle against the forces of evil that are destroying the earth (and all life upon it)." Vegan Reich's sound was fast, bare-bones punk, with a hint of heavy metal, and it seemed to have been calibrated to incite maximum bedlam at concerts. The vocalist was a mixed-race shouter who delivered his rants with a little bit of melody and a whole lot of furious certainty. One song began, "Fuck you, shut your fucking mouth / We didn't ask for your opinion" (although without the lyric sheet, it might have been hard to tell).

That shouter was Sean Muttaqi, a southern California kid who took a circuitous route to straightedge; one of his biggest inspirations had been Rudimentary Peni, a caustic British anarcho-punk band. And with Vegan Reich, he helped make the world of straightedge a little bigger and a lot more complicated, delivering a confrontational message of abstention (from drugs, exploitation, and animal products) and all-around defiance. It wasn't long before punks across the country were debating, mocking, or following Vegan Reich. There had always been conservative currents in straightedge, but some people who heard (or, more likely, heard about) Vegan Reich saw the band as evidence that the movement had gone beyond the pale.

Then, before they had a chance to release a full-length album, the members of Vegan Reich called it quits. Kind of. The same kids were soon playing a fusion of reggae and hardcore as Captive Nation Rising, which eventually morphed into a more traditional reggae band. For Muttaqi, it was just the beginning of an odyssey. He started a label, Uprising Records, which helped incubate the future pop stars in Fall Out Boy. He taught martial arts. And, after years of study, he became a Muslim.

Vegan Reich reunited and released a three-song CD, Jihad, in 1999. Another reunion is planned for this summer. But fans waiting for Muttaqi to launch an in-your-face Muslim hardcore movement will likely be disappointed. Instead of writing manifestos, he's reading (and occasionally writing) scholarly articles, rethinking the history of animal sacrifice in Islam. He's doing a lot of writing lately—he's hard at work on a memoir about his "three decades of resistance." And one night this past fall, with his wife and two daughters occasionally audible in the background, he agreed to talk about his long, non-linear journey from resistance to submission.

When did you first get into punk?
I think I first heard punk rock in 1979. We had just moved out of a pretty rough neighborhood, and I got exposed to skate culture and punk culture and got into punk-rock rebellion. If you look at the rebellious aspects of punk, it could go either way. Kids who had a rougher background, it kept them out of trouble. And kids who had a more middle-class, safe environment, it helped nudge them into trouble. I know guys from gang neighborhoods that left that lifestyle behind—they found punk and became peace-punks and vegetarians. Then you'd see them ten years later, doing the gang thing; the neighborhood took control again. And then, on the other end, I knew middle-class kids that became junkies because of punk rock.

What about you?
Well, I came from a working-class neighborhood, but after we moved, I was surrounded by middle-class kids. It was probably a good move, looking back at it—my cousins are now in jail and stuff. (Laughs a little.) Coming into punk at that time and being in the skate realm, we were into Black Flag, Social Distortion, the Dead Kennedys. I was lucky to have grown up in Southern California in the heyday of that scene. I was barely going to high school. I officially dropped out when I was sixteen and got fully immersed into going to shows in LA.

We were very nihilistic, talking about destroying this and destroying that. The SoCal scene was violent. I don't mean that in a negative way, it was just this energy you couldn't contain. There was this chaotic perception among everybody. You'd have a group of friends, and one would have a Mohawk, and the other would have Dickies and flannel on, and you'd all be listening to Black Flag. Everyone was searching for these identities, but they didn't see it as a separate thing.

But I was also hearing stuff from England—stuff like Discharge and the Exploited. It was a natural progression for me—coming from a working-class background and being surrounded by all these middle-class kids that I couldn't relate to, and then suddenly getting access to all these British bands that were talking about class issues. For me, once I discovered class and leftist opinions and all that, I moved to the anarchist punk scene really fast. But then I would go to these anarchist gatherings, and I would see really bad personal behavior. I think that was the two worlds that collided with me, going, "Hey, we need to be more political—but politics isn't worth treating each other like shit." Even before I got into the anarchist punk thing, I'd gone vegetarian, although it took me a couple more years to find out about veganism.

When the members of Vegan Reich came together, did you set out specifically to be a vegan straightedge band? Or did that come later?
No, it was a thought-out conception—I was looking for people to start a militant animal liberation band. This whole time I was interacting with a lot of different activist communities, and from out of that we formed a tight-knit community. We were causing a lot of controversy in the anarchist community, pointing out the contradiction of people demanding freedom for humans and oppressing animals at the same time.

People started jokingly referring to us as vegan fascists, so that's where the name came from. The notion was, If you're going to call us Vegan Fascists, we're going to call ourselves Vegan Reich.

Your first record, Hardline, came with a manifesto that called for people to live in accordance with "the laws of nature," and to eschew "deviant sexual acts and/or abortion." That shocked—and pissed off—a lot of people.
For us, as animal liberation activists, the abortion thing was about consistency. Our view wasn't the same as the right-wing Christian view of abortion; officially, hardline wasn't saying that if a women was raped, she couldn't get an abortion. We were saying that you need to acknowledge that life is life. It was more toward the animal liberation group: if you say that a shrimp is a life, and you shouldn't kill it unless you absolutely need to eat, at least view abortion the same way. It can't be used as birth control—that was hardline's stance.

The homosexuality issue—that was tied to different influences at the time. For one, having come out of this punk-rocker anarchist thing—a lot of times, homosexuality was a hedonistic thing for some people. In retrospect, those aspects were influenced by morals, not necessarily politics. There was a conservative moralism there, the notion that sex was for family.

Obviously the band used provocative images—like the famous logo with the two crossed machine guns—and stirred up a lot of controversy. What were the live shows like?

Well, we had a lot of friends in our local scene, and it didn't really matter what we were saying. But I think in different parts of the country you definitely had people shocked by us having this violent persona.... People from, let's say, the Midwest, would be like, "These guys have guns!" But in California, we knew peace-punks who had AK-47s in their trunks. They were dealing with skinheads and all sorts of other things.

Did people come to your shows looking to fight?
I think people were more intimidated by us. Sometimes we had shows cancelled because people would call the venue and say they were going to bomb it or burn it down if we played. There were situations where people were there with the intent of arguing, but it usually didn't go much further than that, although we did have our fair share of fights.

Did you ever wish that you didn't have all the extra responsibility that came with the name and the image?
Ah, yes and no. There was never regret about having named the band that, or having done what we did. But clearly, by the end, it just became impossible for us to function. Clubs were refusing to book us. You couldn't pick up an issue of [the punk-rock magazine] Maximum Rocknroll anytime during the nineties and not see some reference to Vegan Reich or hardline. We would book a tour, and we'd get halfway across the country, and it would be cancelled.

Separate from that, my involvement with hardline—I didn't regret having started it or having done it, but I found myself not happy with where it was going. We started hearing reports of actual right-wing people in Europe who were interested in us. It had started out as a fairly diverse group of people, but it became more and more a very white, middle-class, right-leaning type of thing. The same thing had happened to straightedge.

Even once I left, I still kept in touch with people who were doing it. But I had started my own journey. To me, it just led to other things. I think that hardline in some ways was already highly influenced by my study of Islam and Eastern religions. What's funny is that hardline itself helped me move on from there.

Were you guys making a living from music?
Yes and no. We were living so cheap, I mean, the whole band was living together in this place that was, like, three hundred dollars a month. So we could go on the road when we wanted to, or stay home and write articles, do whatever. We were pretty much free, it was a great creative time. And I had always been into martial arts, so in the early days of Uprising Records, when it wasn't a full-time company, I was also a martial arts teacher. I was always able to operate outside the normal sphere of the system.

In the late 1980s and early 1990s, some of the kids in the New York hardcore scene allied themselves with the Hare Krishna movement, which also promoted a straightedge vegetarian lifestyle. Were you ever intrigued by the so-called Krishnacore scene?
That happened at about the same time as hardline. Well, we already had this radical animal liberation thing going on, which was in conflict with their reliance on dairy products. But I think it came down to their whole notion of reincarnation, and how that tied into social injustice and suffering. In my mind, that was what really created conflict between us and them. We don't buy that. We don't buy that people or animals are suffering because of something they did before. Most people thought it was a very positive thing, because they were vegetarian and did all these cool things. But it didn't seem that positive to us.

Some close friends, some who were marginally associated with hardline, ended up getting into that, and they've sort of made that their lives—you know, going back to India every year, in the same way that being Muslim is a major part of my life, now. I have a better view of the Krishna thing than I did then. I still disagree with it, theologically, as a Muslim, but I have a positive understanding of it as a spiritual path.

Were you raised with any religious tradition?
Not really. God was a sort of aloof concept.

So how did you first come to Islam?
When I was younger, my dad would give me books, and he also exposed me to Malcolm X's autobiography. In the same era that I was getting into punk rock, the Iranian revolution was going on, and it made a big impact. So I had an understanding that it was a religion of the oppressed. If someone were to ask, in 1983, "What are your views of Islam?"—my answer might not have been long, but it would have been, "Something against injustice."

Really, my first journey through spirituality came through the martial arts. I became more exposed to Taoism and meditation. I was also exploring Rastafarianism, and through that I was exploring the Old Testament and studying Christianity. In some ways, Islam was a balance, for me, between those realms, between East and West. And I had known Five Percenters, the Nation of Islam, things like that. So I was marginally exposed to the imagery of Islam. But it took some years until I finally decided to delve in.

How did you make the decision to call yourself a Muslim?
Part of the hardline movement was the syncretistic thing, finding truth where it exists. I still think that's a good approach. But the danger is that if you just pick and choose from a bunch of different traditions, the end-all, be-all of your decision-making process is you. That wasn't the mentality of hardline. We had certain standards that everybody had to abide by. But at the end of the day, the decision about what is or isn't a moral decision—it's yours. I really felt like I had to find something that had standards and rules, teachings that I could accept and follow. Because otherwise it's too easy: you come up against something that you don't want to do in a certain situation, and you can just change your mind about whether or not that's okay.

That said, I also didn't want to jump into someone else's religion, a different culture, and not be able to do it all the way. Probably since 1990, I had been completely sold on Islam's view of the nature of God. And by 1993, I was saying, I want to convert, but I don't want to convert and bring in my own ideas that are in conflict with the broader Muslim community. I didn't want to come in and start arguing with people. The vegetarian thing was the final sticking point. So I started a journey to see if I could find an actual organic Muslim community that had vegetarian views, that existed within Islam—not converts bringing vegetarianism to Islam. It took some time, but eventually I came across the Bawa Muhaiyaddeen community, which was founded by a Sufi sheikh from Sri Lanka who had come to Philadelphia. I found a community where I could still maintain my veganism. That was a more important issue then than it is now, all these years later. And I'm still vegan, personally, but I'm not out there trying to argue that the Muslim world should become vegetarian.

Were there other conflicts between your old hardline identity and your new Muslim identity?
No. Everything else was pretty natural. I really felt at home in my own skin, in some ways more than ever before. In a lot of ways, having a really diverse background—we have a lot of mixture in my family, everything from Mexican, French, Arab, Irish, Sicilian, African, and Cherokee—it just all felt real natural. The cultural and ethnic aspects were put to rest when I embraced Islam.

How had you identified before?
You know, by the time I was old enough to have that become an issue, the punk rock thing had taken over. But when we moved to a new neighborhood, I was always the brown kid. On the other end, I can pretty much travel wherever and blend in, because I have this look that's in between. If I'm in Jamaica, Jamaicans think I'm Jamaican; if I'm in an Arab country, the Arabs think I'm Arab; if I'm in Mexico, they think I'm Mexican. But for me, especially when punk and hardcore started losing the sense of community and ideology, Islam gave me a place to feel comfortable.

That said, it's not as if we've adopted Arab culture, either. At home we tend to eat Mexican food; for Eid we make tamales…

Are the Muslims you meet surprised or shocked by your punk-rock past?
It depends. There are a lot of Muslims in America who were born here—they're Muslim and very American. And if it's an African-American Muslim community, there's a similarity there, because I spent a lot of time in hip hop. But if it's a more immigrant community, people might be more shocked by my background. I've had conversations with people who had no idea—trying to explain what punk rock was. Or, even if they did know about it, they're like, "How do you come to Islam through that?" But for me, it wasn't so much of an issue, anyway, because I don't really stand out: I don't have tattoos, and I look like pretty much everyone else there. I knew some other people who converted to Islam out of hardcore, that are just covered—you know, neck tattoos and everything. Clearly in their situation, it's something that comes up more, because people are asking about it. But for me, in general, they wouldn't realize I was a convert.

Is there ever a thought in the back of your mind that you're not the same as someone who's been Muslim his whole life, and for generations back?
I feel the same as any Muslim, born Muslim or not. But I think that within the community, it's important to defer to scholars. Sometimes people that came out of hardline or hardcore and became Muslim come to me to ask about this or that. I'm not a scholar, but I might guide them to a scholar that would know. If you're talking about politics, then, yeah, as a lay Muslim, I feel fine giving my opinion. And as to the issue of vegetarianism in Islam, I feel fine speaking about it, because I've studied and I have an opinion and I'll express it. But even there, when there were younger Muslims interested in vegetarianism, we went to the scholars and got rulings from them saying that it was permissible. At the end, it's important for people to have these people—experts—they can go to. But that doesn't mean that everybody is going to listen to everything they say.

Did you spend time trying to figure out how to reconcile your love of music with your Muslim faith?
There was a certain period where I was like, "I'm just going to back out of the music thing, period." But after studying, and reading hadith, and consulting different scholars, I came to terms with music's place within Islam as a halal activity. That doesn't mean it's necessarily acceptable in every circumstance. And there were definitely moments when I felt conflicted about it. But everybody has contradictions. Sometimes I think that maybe we'll move the record label into doing Muslim stuff. But then, if I'm doing this the Muslim way, we're marginalized. And doing the label as we do it has enabled me to put out Amir Sulaiman's record—he's a Muslim poet. Personally, it's a compromise I'm willing to make, at least at this point. Now, I may reach a point in my being or my faith, where I say to myself that I can't do this, I can't compromise anymore.

When you talk about your life, it seems as if there is a lifelong fascination with the idea of orthodoxy.
Well, I would add to that—I would say that I have had a fascination with both orthodoxy and heterodoxy at the same time. I'm always interested in studying stuff that's on the fringes of different religious currents. I love the Boxer Rebellion and all these Kung Fu mystical cults that existed, that were not mainstream Buddhism or mainstream Taoism. But whenever I study heterodox movements, I find that there are certain weird ideas that are there because of a leader, usually some charismatic person, who wanted to make allowances for himself. So at the end of the day, I always find myself drawn back to orthodoxy.