Kasus busung lapar di Indonesia sudah menyerang 8 persen dari anak balita di Indonesia. Kalau hal ini dibiarkan terus maka generasi Indonesia terancam kebodohan karena gzi yang tidak cukup sama seperti pendapat beberapa pejabat ( yang mungkin menderita "busung korup" )yang menilai kasus busung lapar di Indonesia belum termasuk kategori KLB ( Kejadian Luar Biasa ) dan berpendapat kalau hanya masalah gizi yang buruk?!!!! Sungguh panggung theater yang mempertontonkan kebodohan para pamong praja di bumi Indonesia ini. Mungkin sebagian dari kita banyak yang mengatakan "it's a life!" yah memang inilah kehidupan yang sesungguhnya... Banyak kita lihat sebagian orang yang makannya tidak pernah habis sementara saudara kita banyak yang mau makan, sungguh Ironi. Mulailah dengan disiplin dari kita sendiri untuk selalu menghabiskan makanan yang telah terhidang atau kita pesan di warteg, resto, or tempat makan lainnya.
Dari sudut pandang seorang vegetarian akan berpendapat kalau kita semua bisa menghapuskan krisis ini dengan revolusi hijau, bila setiap orang menjadi vegie dan mengkonsumsi sayuran saja, maka kesetaraan makanan akan terjadi, tidak ada lagi kelaparan. Seperti kata Albert Enstein " Nothing will benefit human health and increase the chances of survival of life on earth as much as the evolution to a vegetarian diet ". Menjadi Vegetarian mungkin bisa memberi sedikit solusi untuk krisis makanan di dunia.
Dalam kekuatiran ini, renungan dibawah mungkin bisa memberi sedikit kesejukan bagi setiap jiwa yang gersang:
-*- BAGAIMANA JIKA? -*-
Bacaan: Lukas 12:22-31
Kita memang tidak ingin berdebat dengan Yesus, namun mungkin kadangkala kita bertanya-tanya dalam hati, apakah firman-Nya tentang kekuatiran itu realistis (Lukas 12:22). Tidak bolehkah kita mengkuatirkan hari esok? Tidak bolehkah kita kuatir jika tiba-tiba diberhentikan dari pekerjaan? Tidak bolehkah kita kuatir jika tiba- tiba kita sakit? Bukankah hal-hal seperti itu menakutkan, karena kita akan sulit memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan?
Tak ada kalimat lain dalam bahasa apa pun di dunia ini yang dapat menimbulkan kekuatiran seperti pertanyaan, "Bagaimana jika?" Bila kita terus menggumamkan kalimat itu, maka akan terbayang satu demi satu kemungkinan buruk yang bisa terjadi. Kita tidak lagi ingat akan fakta bahwa kebutuhan kita terpenuhi, baik di masa lalu maupun saat ini. Kita senantiasa dihantui perasaan takut kalau-kalau besok sumber penghasilan kita terhenti.
Memang bijak jika kita merencanakan masa depan, namun bayangan yang mencemaskan tentang kesulitan di hari esok (padahal sumber penghasilan kita baik-baik saja) seringkali tak mudah dihilangkan. Yesus mengajarkan bahwa kekuatiran akan hari esok adalah sia-sia belaka. Kita tidak perlu gentar dengan apa yang akan terjadi atau apa yang akan kita butuhkan. Satu-satunya kebutuhan yang tidak dapat Allah penuhi adalah kebutuhan "khayal" kita tentang hari esok.
Jika Allah telah memberikan kebutuhan pangan yang cukup bagi kita hari ini, mengapa kita tidak mengizinkan Dia memberikan perhatian yang sama untuk masa depan kita? — HWR
KEKUATIRAN MENGURAS PERHATIAN KITA
PADA MASALAH-MASALAH YANG BELUM TERJADI
Sumber::
Arsip Publikasi e-RH (Renungan Harian), Edisi 1 Juni 2001
==> http://www.sabda.org/publikasi/e-rh/2001/06/01/
WWW.Kompas.Com
==> http://www.kompas.com/kompas-cetak/0505/28/utama/1777932.htm
"Mengusik mereka yang nyaman dan memberikan rasa nyaman bagi mereka yang terusik... XPeterX "
No comments:
Post a Comment