Thursday, November 16, 2017

Pekalongan Trip


Salah satu hal terberat kalau mau trip adalah kesejahteraan my lovely doggy si Ocis The Pug dan Noni The Beagle.. jadi supaya pasti dan ada yang ngurusin ya di titip di tempat yang layak. Kalau mereka berdua biasanya di Klinik Rajanti. Pagi itu di jemput sama Pak Yosep dari Rajanti dan selalu sad liat tampang mereka berdua kalau mau dititipin.


Setelah perjalanan dengan kereta selama 4 jam, sampai juga di Pekalongan dengan disambut hujan gerimis. Dari stasiun langsung ke The Hotel Sidji Pekalongan. Hotel ink designnya unik karena lebih nampak seperti rumahan gaya kolonial dengan banyak sudut yang "instagramable" banget..


Setelah beristirahat, paginya langsung siap-siap untuk trip dan ternyata ruang makan di Hotel ini juga tertata rapih dan juga banyak sudut yang bisa untuk foto.


Sekitar jam 8 kita jalan dan langsung ke daerah sentra pembuatan batu bata di Desa Kalibeluk, Kabupaten Batang, Jawa Tengah.




Pembuatan batu bata yang masih tergolong konvesional ini bisa menghasilkan sekitar 5000 batu bata per hari dengan harga sekitar 500 rupiah dan di jual lagi di pasar seharga 800 rupiah.

Setelah itu kami menuju ke tempat pembuatan serabi. Kalibeluk terkenal juga dengan serabi nya. Menurut penduduk sekitar Serabi adalah makan para raja di jaman kerajaan kuno yang bernama Mahasin, saya belum menemukan literatur mengenai ini.




Serabi juga dibuat tanpa kandungan hewani dan bisa di golongkan ke dalam vegan food juga. Untuk lebih jauh tentang Serabi Kalibeluk bisa di baca di sini : Sejarah Serabi Kalibeluk.


Setelah itu kita melanjutkan perjalanan ke Musium Batik. Tapi ternyata musiumnya baru di buka siang hari setelah jam makan siang. Jadi di lanjutkan untuk mengelilingi daerah sekitar musium batik yang ternyata banyak gedung tua bersejarah.

Salah satunya adalah tugu dengan tulisan "MYLPAAL". Tugu ini ternyata adalah titik tengah pulau Jawa dan belum banyak yang tahu tentang ini. Lebih jauh tentang MYLPAAL ini bisa di baca di sini : Tugu Mylpaal Pekalongan


Gedung pertama yaitu Gedung Bakorwil Pekalongan. Ini dulunya adalah Rumah Jabatan Residen Pekalongan yang di bangun pada tahun 1850.


Kantor Pos Besar Kota Pekalongan ini di bangun pada tahun 1756. Kegiatan kantor Pos besar ini mencakup karisidenan Pekalongan (Batang, Pemalang, etc.). Design nya juga kurang lebi sama dengan kantor Pos besar lainnya di Pulau Jawa yang mendukung para pedagang di Pulau Jawa.


Di sekitar daerah itu ada dua gereja yaitu Gereja Kristen Jawa (GKJ) dan Gereja Kristen Indonesia (GKI). Di daerah seputaran ini juga terkenal dengan budaya ARJATI atau Arab Jawa Tionghoa yang membaur dan merambah ke segala sisi kehidupan. 


Es Dawet Tape Mba Ndari


Fort Peccalongan

Sempat juga mengambil gambar di sisa Benteng Pekalongan atau Fort Peccalongan di depan Pabrik Limun. Benteng ini sekarang berfungsi sebagai rumah tahanan.

Selanjutnya mengunjungi Pabrik Limun Oriental. Limun ini pada mulanya di buat oleh keluarga Nyo Giok Lin di Kedungwuni dan dijual dari rumah ke rumah. Karena banyak peminat maka di dirikan Pabrik di daerah kampung Bugisan (pabrik yang sekarang ini). 



Alat untuk tutup botol limun yang masih digunakan dengan baik hingga saat ini. 


Ini adalah Krat Botol limun dari tahun pertama. Sebenarnya limun ini sudah ada sebelum CocaCola jadi bisa dibilang termasuk pioneer dalam dunia Softdrink juga. 


Pabrik limun Oriental yang sekarang ini sudah masuk ke generasi ketiga. Pembuatan merknya sekitar tahun 1923 dan logo nya di design sendiri oleh empunya.



Selain limunn, perusahaan ini juga pernah memproduksi Kopi dan Rokok cap Della, tetapi usaha rokok berhenti pada tahun 1956. Pada tahun 1979 juga memproduksi teh Oriental dalam kemasan botol yang hingga kini masih di produksi. Untuk lebih jauhnya bisa di baca di sini : Limun Oriental Softdrink Jadoel dari Pekalongan

Setelah itu kita melanjutkan perjalanan ke Museum Batik. Museum Batik ini berperan penting dalam proses pengakuan Unesco untuk Batik Indonesia sebagai warisan budaya tak benda. Pada saat itu muncul permasalahan dengan negeri tetangga sebagai siapa sebenernya yang pertama pembuat dan berbudaya batik. Setelah melalui proses dan terbukti bahwa memang Indonesia lebih dulu membatik.

Pindang Tetel Botok




Selanjutnya kita meneruskan ke Wisata Taman Mangrove Pekalongan. Taman Mangrove ini terletak di Kelurahan Kandang Panjang, Kecamatan Pekalongan Utara. 


Pekalongan Mangrove Park juga berfungsi sebagai ekowisata selain sebagai kawasan konservasi mangrove. Di kawasan ini jajaran pohon bakau yang membentuk lorong menjadikan joke/mitos dengan sebutan Lorong Cinta yang konon apabila melewati lorong tersebut dengan niat akan menyatakan cinta kepada seseorang akan kejadian.

Lorong Cinta



Di tempat ini juga disediakan Perahu untuk berkeliling di area Mangrove dengan biaya sekitar 10K-15K IDR/orang. Di area ini juga di sediakan semacam tempat untuk berjalan kaki menikmati sunset.



Setelah dari Konservasi Mangrove selanjutnya kami menuju ke Klenteng Pho An Thian. Pho An Thian sendiri mempunyai arti kurang lebih "Istana Mustika Keselamatan" yang mengandung makna sebagai tempat ibadah yang memberikan pelindungan dan keselamatan bagi umatnya. Di perkirakan klenteng ini berdiri pada tahun 1882.


Selanjutnya kita meneruskan perjalanan ke tempat ngopi. Kopi khas pekalongan yang di sebut Kopi Tahlil, di sebut kopi tahlil karena sering di sajikan pada saat Tahlil-an. Dan ini adalah hasil budaya dari Arab dan Jawa. Pada mulanya Pedagang Arab membuat campuran rempah di dalam kopi dan sering di sajikan pada saat tahlilan. Rempah yang di pakai dalam pembuatan kopi tahlil antara lain adalah Jahe, Kapulaga, Cengkeh, Kayu Manis, Pandan, batang serai dan Pala.


Kami menikmati Kopi Tahlil di kedai kopi depan gedung PPIP. Harga kopi Tahil sekitar 3500 rupiah dan di tambah 3500 lagi apabila di campur susu, di hidangkan bersama gorengan dan ketan yg di campur dengan gula merah cair.


Setelah menikmati kopi tahlil yang mantab di emperan (lebih terasa "ngopi" nya) kita balik menuju hotel untuk istirahat dan persiapan besok menuju rumah pohon.


Pagi-pagi setelah sarapan kita langsung menuju Rumah Pohon Desa Tombo. Perjalanan sekitar 1 jam dan begitu sampai kita trekking sedikit menuju air sungai kecil.



Dari arah sungai kecil di bawah kami melanjutkan untuk ke area rumah pohon. Trekking ringan sekitar 30 menit sampai ke titik puncak rumah pohon.


Trek yang tidak terlalu berat sehingga bisa di capai oleh siapa saja, hal ini yang kadang menyebabkan susahnya mengontrol tamu sehingga kadang ada tangan jahil untuk vandals dan buang sampah sembarangan.


Leave Nothing But Footprints

Take Nothing But Pictures

Kill Nothing But Time


Setelah dari rumah pohon perjalanan di lanjutkan untuk ngopi di Tombo Coffee. ARC (Asaluz Realty Center) Tombo Coffee, salah satu potensi usaha dari sektor pertanian yang dikembangkan BUMDes Tombo Makmur.


Kualitas kopi yang dihasilkan di Desa Tombo terbagi menjadi 3 jenis yaitu kualitas Arabika, Excelsa, dan Robusta. Ketiganya memiliki ciri khas masing-masing. Salah satunya Arabika memiliki rasa yang lebih kuat (asam) dibandingkan dengan Excelsa dan Robusta.



Setelah dari Tombo Coffee kita makan siang dan pilihannya adalah Warung Makan "Mba Dur" yang khas dengan Garang Asem dan Tauto Khas Pekalongan.


Setelah makan siang selanjutnya kita berkunjung ke daerah pengrajin batik. Dan melihat batik dan mesin tenun.Di tempat ini juga menggunakan bahan dasar dari daur ulang.


Batik Cap adalah salah satu jenis hasil proses produksi batik yang menggunakan canting cap. Canting cap yang dimaksud di sini mirip seperti stempel, hanya bahannya terbuat dari tembaga dan dimensinya lebih besar, rata-rata berukuran 20cm X 20cm.


Setelah dari lokasi batik dan masih ada sisa waktu kita kembali ke depan Museum Batik untuk photo-photo di tulisan batik yang kemarinnya belum sempat untuk photo2.


Setelah itu makan dan menuju stasiun untuk balik ke Jakarta. 


Sebenarnya masih banyak lagi tempat wisata di Pekalongan dan bisa di check di web ini : Cinta Pekalongan . Wisata alam dan gedung tua lainnya. Dalam trip ini juga sempat (selalu) nyobain running trail ringan dan makin love sama minimalist barefoot sandals Bedrock. Udah nyobain mulai dari sandal jepit sampe Boreal dengan vibram sole mountain shoes, tapi ini the best sih karena se tahan airnya sepatu gunung pasti akan basah dan males banget untuk nunggu keringnya. 



Terima kasih untuk Mas Wahyu Nugroho, Mas Abdurrakhman, dan Mas Tyas yang jago banget untuk sejarah kota Pekalongan dan Juara bertahan untuk sejarah Pekalongan. 

Dari Kiri ke Kanan: Mas Tyas, Mas Abdurrakhman dan Mas Wahyu Nugroho. Bagi yang berminat dengan trip Pekalongan bisa hubungi mereka di:

#Dolan Pekalongan : +62 856-4112-3595
#Wahyu Nugroho (Pekalongan Tour) : +62 856-4251-7155

Puisi Dari Mas Wahyu